Pojokan Sri

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Pasti saya membayangkan betapa frustrasi Sri Mulyani.
Ke pihak luar dia menghadapi opini publik yang begitu kejam. Tanpa ada peluang lagi baginyi untuk mengelak, membantah, atau meluruskan.
Ke dalam dia harus menghadapi anak buah dengan perasaan jengkel yang memuncak.
Tapi semua sisa pekerjaan itu harus diselesaikan oleh birokrasinya sendiri. Apakah Sri Mulyani masih bisa mengandalkan mereka? Untuk, misalnya, tidak dibelok-belokkan lagi?
Kalau Sri Mulyani tidak percaya pada anak buahnyi, lantas siapa yang harus menanganinya.
Potong satu eselon? Sapu bersih begitu banyak orang? Atau serahkan ke lembaga swasta seperti Ernst & Young? Seperti dulu bea cukai diserahkan ke perusahaan Prancis?
Forum Komisi III DPR dengan menko Polhukam Rabu lalu benar-benar telah membuat posisi Sri Mulyani begitu sulit. Khususnya sebagai menteri. Bukan sebagai pribadi.
Misalnya bagaimana dengan pedenyi Sri Mulyani bilang di depan DPR bahwa transaksi mencurigakan yang menyangkut orang kemenkeu hanya Rp 3,5 triliun. Sedang Menko Mahfud dengan gamblang menyebut angka itu Rp 35 triliun. Lengkap dengan buktinya.
Pun dengan ketegasan khasnyi, Sri Mulyani merasa tidak pernah menerima surat dari PPATK. Sementara besoknya menko menyebut surat itu ada tanda terimanya.
Saya memperkirakan Sri Mulyani akan sangat sulit berkilah lagi. Maka pilihan terbaik adalah menyelesaikannya dengan segera. Toh masih ada waktu satu tahun baginyi.
Yang juga telak adalah soal ketegasan Sri Mulyani yang mengatakan sudah menindak pelaku pencucian uang dimaksud. Sedang harusnya itu belum cukup. Tidak boleh hanya pelakunya yang ditindak. Menurut Menko Mahfud, seluruh jaringannya harus diungkap. Seperti kata menko, tindak pencucian yang itu pasti berjaringan. Bisa sampai istri, anak, sopir dan teman-temannya.
Pokoknya Sri Mulyani kini dalam posisi begitu sulit.
Atau dia menemukan cara berkilah yang baru. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 30 Maret 2023: Musailamah Al-Makin
Agus Suryono
PESONA (NABI) MUSAILAMAH.. 1). Sebelum jadi "Nabi" (palsu), Musailamah sempat masuk Islam. 2). Sifatnya lemah lembut dalam bertutur, pandai bicara dan pandai menarik simpati. 3). Musailamah bahkan pernah membangun Masjid. 4). Mengaku punya sifat pemurah. 5). Banyak yang tertarik, karena ajarannya membolehkan orang untuk TIDAK sholat. 6). Musailamah juga ahli sihir. 7). Jadi bahan ejekan, karena: A). Menyusun Quran versinya SENDIRI dari sisi isinya. B). Juga menamakan kitabnya sebagai Qur'an. Tetapi kualitas sairnya sangat jauh di bawah Quran. 8). Tidak ada informasi tentang berapa "i" yang dipunyainya. #Ternyata.. Nyatater..
Jhel_ng
Pak Makin ini rektor idolaku. Satu kampung halaman. Ups bukan, lebih tepatnya satu kabupaten asal. Diceritakan, masa kecil beliau: ngaji, mondok, angon wedhus. Tidak tahunya dengan metodologi yang ketat, beliau melakukan penelitian dengan topik yang sensitif. Serius. Tapi tetap "cengengesan" dan santai dalam memimpin PTKIN besar itu. Tidak banyak yang tahu, kearsipan dan keteraksesan dokumen menjadi konsen beliau. Bersama tim yang dipimpinnya, beliau membangun basis data referensi di bawah Kementerian Agama. Namanya Moraref. Mora (ministry of religious affairs) merupakan kementerian agama. Branding baru, lebih bisa diterima ala barat. Lebih "renyah". Ref merupakan kependekan dari referensi. Konsep dasar Moraref, termasuk sistem penilaian jurnalnya, kini diadopsi oleh Sinta Kemdikbud. Tapi Moraref tetap hidup. Orang kalau sekali sudah berfikir, maka bisa banyak sekali yang dipikirkan dan dikerjakan.
Muhammad Sk
Sumber: