Slamet Bunuh 12 Orang, Teori Gesellschaft
Gampangnya, Gemeinschaft warga desa, Gesellschaft di kota.
Egger fokus ke urbanisasi. Perpindahan warga desa ke kota. Di AS terjadi setelah usai Perang Dunia ke-2, 1946. Urbanisasi besar-besaran. Di Indonesia masih berlangsung sekarang. Setiap orang mudik dan kembali ke kota, mengajak sanak kerabat ke kota. Cari kerja.
Egger: “Urbanisasi melahirkan serial murder. Sebab, pelaku secara tidak disadari, tanpa perlu belajar sosiologi, paham, bahwa masyarakat kota tidak saling mengenal. Maka, jika ada salah satu anggota masyarakat hilang karena dibunuh, tetangganya tidak tahu. Setidaknya, dalam tempo lama barulah tahu, bahwa ada anggota masyarakat yang tidak pernah kelihatan. Tapi mereka tidak pernah mengurus, ke mana perginya orang yang hilang, dan mengapa? Bahkan, masyarakat tidak tahu, harus bertanya itu kepada siapa?”
Dilanjut: “Sebaliknya, bagi pelaku juga bebas. Masyarakat di sekitar pelaku tidak tahu semua aktivitas pelaku, termasuk membunuh orang. Di sini ada kelonggaran pengawasan masyarakat sebagai social control.”
Di AS, serial killer bermunculan pasca Perang Dunia ke-2. Seperti Jeffrey Lionel Dahmer, John Wayne Gacy, Ted Bundy dan beberapa lagi.
Egger tidak menyarankan masyarakat modern berubah kembali ke bentuk tradisional, sebab hal itu mustahil, melainkan penyidik kriminal harus paham mengantisipasi kemungkinan lahirnya serial killer di masyarakat modern.
Tentu, buku tersebut mengulas detil strategi pelaku pembunuhan berantai serta pola pikir mereka. Ada teori-teori kriminologi.
Tapi, di kasus Mbah Slamet, meski TKP di desa, para tetangga Slamet tidak tahu pekerjaan Slamet. Bahkan, mereka tidak tahu Slamet sudah membunuh dan mengubur orang begitu banyak. Di dekat rumahnya. Di lingkungan Desa Balun.
Berarti, Desa Balun bukan bentuk Gemeinschaft lagi. Bukan tradisional lagi. Malah, Mbah Slamet sudah mencari klien via Facebook. Klien datang dari berbagai kota. Meskipun fokusnya dukun (tradisional). Ini uniknya masyarakat kita. Paduan tradisional-modern.
Prof Egger tidak menganjurkan masyarakat Gesellschaft kembali ke Gemeinschaft lagi. Sebab mustahil. Melainkan, polisi harus bisa mengantisipasi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat kita. (*)
Editor: Sugeng Irawan
Sumber: