Slamet Bunuh 12 Orang, Teori Gesellschaft

Slamet Bunuh 12 Orang, Teori Gesellschaft

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Minggu, 2 April 2023 polisi dibantu TIM SAR, menggali wilayah itu. Ditemukan, satu per satu jenazah. Sebagian tinggal tulang belulang. Semua jenazah dikirim ke RSUD Hj Lasmanah Banjarnegara untuk dilakukan identifikasi.

Ternyata jenazah tidak bisa diidentifikasi, sebab tidak ada DNA pembanding. Belum ada orang yang mengakui sebagai keluarga korban.

Sembilan jenazah langsung dikubur masal di Desa Balun. Terdiri enam pria dan tiga wanita. Dikubur dalam peti, karena kondisinya sudah membusuk. Ditumpuk dalam tiga lubang besar. Sambil menunggu klaim dari keluarga para korban.

Selasa, 4 April 2023 sore ditemukan dua jenazah lagi di sekitaran kebun yang sudah digali. Sehingga polisi menduga, jumlah korban yang kini tercatat 12 orang, masih mungkin bakal bertambah.

Slamet dikenakan Pasal 340 KUHP, pembunuhan berencana. Ancaman hukuman mati. Pembunuh satu orang saja, bisa dihukum mati seperti Ferdy Sambo. Apalagi ini 12 orang.

Siapa Slamet? Para tetangganya cuma tahu Slamet sudah lama tinggal di situ. Tapi mereka tak tahu pekerjaan dan kegiatan sehari-hari Slamet. Sebab, Slamet tak pernah bergaul. Rumahnya pun terpencil jauh dari tetangga.

Kades Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Mahbudiono kepada polisi mengatakan, tidak tahu kegiatan sehari-hari Slamet. Karena, Slamet tak pernah komunikasi dengan warga.

Slamet menambah jumlah serial killer Indonesia, setelah Wowon Cs. Mengapa jumlah serial killer bertambah, dan jadi lazim?

Prof Steven A. Egger dalam bukunya bertajuk, “The Killers Among Us: Examination of Serial Murder and Its Investigations” (Prentice Hall, 2002) mengurai penyebab munculnya serial murder. Dijelaskan, begini:

Pembunuhan berantai tergolong kasus jarang terjadi. Di era sebelum tahun 1950-an malah sangat langka, bahkan di Amerika Serikat (AS). Tapi, belakangan jumlah pembunuhan berantai terus meningkat. Di AS maupun negara-negara berkembang.

Prof Egger adalah pakar pembunuhan berantai kenamaan. Ia Guru Besar Kriminologi di University of Houston, Texas, AS. Ia menulis banyak buku hasil riset tentang pembunuhan berantai. Bukunya yang satu ini, merupakan hasil investigasi dan berisi dasar-dasar pembunuhan berantai.

Dipaparkan, urbanisasi adalah ciri khas era modern. Itu mengubah sifat hubungan antar manusia, karena menghasilkan tingkat anonimitas yang belum pernah terjadi pada era sebelumnya.

Egger menyitir teori sosial dari Sosiolog Jerman, Ferdinand Tonnies dalam bukunya Gemeinschaft und Gesellschaft dalam Bahasa Inggris: Community and Society (1887). Membedakan tipe masyarakat jadi dua, yaitu Gemeinschaft dan Gesellschaft.

Gemeinschaft (Paguyuban). Individu dalam masyarakat cenderung ke arah komunitas sosial. Lebih mementingkan komunitas daripada keinginan dan kebutuhan individu. Ini bentuk masyarakat tradisional. Ditandai, saling kenal satu dengan lainnya. Bahkan kenal mendalam. Bahkan, warga sering menggunjing orang dalam komunitas mereka yang dirasa agak aneh menurut ukuran nilai setempat.

Gesellschaft (Patembayan). Individu dalam masyarakat cenderung mementingkan urusan pribadi, dibanding urusan komunitas. Secara populer disebut juga individualistis. Cirinya, antar individu dalam masyarakat tidak saling kenal. Bahkan tidak saling tahu nama dalam komunitas mereka.

Sumber: