Pemudik Mungkinkah Tidak Balik?

Pemudik Mungkinkah Tidak Balik?

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Data itu menunjukkan, jumlah pemudik melonjak dahsyat tahun ini. Dari belasan juta jadi ratusan juta orang.

Mereka orang desa yang pindah ke kota. Mereka menjenguk keluarga, kerabat, karib, dan bernostalgia suasana tempat mereka dibesarkan, dulu. Mereka bagi-bagi amplop kepada sanak-kerabat di sana, pertanda sukses, atau seolah-olah sukses, hidup di kota. Beberapa hari kemudian mereka akan balik ke kota, disebut Arus Balik.

Mereka (di masa lalu) memprediksi bahwa kalau mereka tetap hidup di desa, tidak bakal mengubah nasib. Terbukti, kini nasib mereka bisa bagi-bagi amplop kepada warga desa.

Berarti, tidak ada pembangunan di desa. Jangankan pembangunan desa. Infrastruktur jalan pun, tetap. Yang dibangun bangsa Belanda dengan mempekerjakan orang kita dari Anyer sampai Panarukan. Cuma ditambal yang gompal-gompal.

Rakyat menangis terharu, oleh jalan tol Trans Jawa. Juga trans lain-lain sampai ke Indonesia Timur. Seolah Indonesia baru saja merdeka. Terus, ngapain pengelola pemerintahan di masa lalu? Apa kontribusi mereka kepada rakyat?

Tapi, sudahlah… Jangan suka menyalahkan orang lain. Terutama sebangsa. Di Amerika Serikat (AS) pun dulu begitu.

Duo Sosiolog AS, Patrick J. Carr, Maria J. Kefalas dalam riset mereka yang dibukukan bertajuk: “Hollowing Out the Middle: The Rural Brain Drain and What It Means for America” (2010) mengungkap bolongnya (hollowing) Amerika Tengah akibat urbanisasi.

Warga AS di wilayah tengah yang kurang maju, sejak lama berbondong ke wilayah Pantai Timur dan Pantai Barat yang kini sangat maju. Pada hari tertentu, setahun sekali, mereka mudik juga ke Amerika Tengah.

Riset duo sosiolog itu dibiayai MacArthur Foundation selama setahun, pada 2001, hidup dan riset di pedesaan Iowa, negara bagian AS ke-29 yang berlokasi di Amerika Tengah. Khusus meriset, mengapa orang tengah migrasi ke barat dan timur? Mereka mewawancarai dan hidup bersama responden. Baik dari sisi kelompok yang menetap di desa, maupun yang bermigrasi ke kota lalu mudik.

Hebatnya orang Amerika tidak ‘malu’, mengulik kesalahan pemimpin mereka sendiri dengan riset ilmiah. Dari situ mereka memperbaiki diri, memakmurkan rakyat.

Dipaparkan, ribuan kota kecil di pedesaan Amerika Tengah kosong oleh orang-orang berbakat dengan aneka potensi. Karena mereka berbondong ke wilayah yang tampak ‘menjanjikan’. Bagai bison pindah dari tanah gersang ke lapangan yang kelihatan bakal jadi sabana.

Ditulis: “Orang-orang muda yang cerdas dan ambisius, yang kami juluki “Achievers” (Pencapai) meninggalkan desa-desa mereka. Pergi ke kota-kota yang awalnya dulu belum maju, tapi berpotensi jadi maju. Kemudian terbukti jadi sangat maju.”

Dilanjut: “Tinggallah di desa-desa para "Stayers" (Penetap), yang memang sejak awal ogah pindah ke kota, dengan berbagai alasan.”

Carr dan Kefalas mensurvei 275 lulusan sekolah menengah setempat (jadi, dalam 364 hari mereka hampir tiap hari bergerak) untuk menguak, siapa yang bakal jadi Achievers dan siapa yang bakal jadi Stayers. Mereka juga mengungkap para alumni di sana, mencari tahu, mengapa mereka pindah ke kota dan mengapa mereka menetap di desa.

Penelitian sosial ini sangat detil mengungkap rincian data. Lalu dibedah dengan pisau teori sosiologi. Menghasilkan beberapa teori baru.

Sumber: