Pemudik Mungkinkah Tidak Balik?

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Tapi yang menarik, penyebab urbanisasi anak-anak muda potensial itu justru para guru mereka, atau para sesepuh di desa, yang mengatakan: “Si A berpotensi sukses seandainya hidup di kota.”
Kalimat itu bagai ‘kompor’ membakar jiwa muda para pelajar mengadu nasib di kota-kota besar. Antre berbondong. Dan, umumnya mereka memang sukses. Sebab, penerawangan guru pastinya tidak sembarangan.
Namun (ini bedanya dengan di Indonesia) hampir separo dari mereka yang sudah sukses di kota, bakal balik ke desa mereka. Mengisi posisi karir yang kosong di desa-desa itu, karena para Stayers memang tidak mampu mengisinya.
Mengapa mereka balik ke desa? “Karena mereka tetap rindu, dan punya nostalgia dengan tanah kelahiran mereka. Walaupun cuma sejengkal tanah kering. Ini sifat dasar manusia secara universal,” tulis ilmuwan tersebut.
Buku itu bisa jadi renungan kita. Tidak terkait, siapa calon presiden mendatang? Tidak terkait, mengapa presiden terdahulu cuma nyanyi-nyanyi? Tidak itu saja. Melainkan juga sikap para pemudik.
Para pemudik ibarat laron yang berduyun-duyun mendekati lampu kota di malam gelap. Lalu terbang berputar-putar di sekitar cahaya lampu. Meninggalkan desa mereka yang gelap.
Duo pakar serangga, David C. Lees dan Alberto Zilli dalam buku hasil riset mereka bertajuk: “Why Are Moths Are Attracted To Light?” (2019) mengungkap, mengapa laron suka berbondong mendatangi lampu? Fenomena itu disebut: Fototaksis positif.
Penjelasannya: Laron biasa menggunakan bulan atau bintang untuk menentukan arah. Dengan berpatokan pada sinar bulan atau bintang, mereka menyesuaikan jalur terbang pada arah yang konstan.
Tapi begitu ada lampu kota, laron berubah patokan, lalu mereka mendekati lampu. Cahaya lampu ternyata tidak memberi patokan arah, seperti bulan atau bintang. Lampu cuma memendarkan cahaya sekeliling.
Akibatnya, laron mengikuti pendaran sinar lampu. Terbang putar-putar tiada akhir. Sampai mereka kebentur lampu, lalu jatuh ke tanah. Mati. (*)
Sumber: