Wanita Move On
Jomblo lagi. Lama.
Ketika terus ditanya soal kawin oleh mamanyi yang di Blitar, Chin Chin akhirnya bertekad ini: dia akan kawin dengan siapa saja yang pertama datang melamarnyi. Siapa pun ia.
Pada saat dia mengucapkan itu, di Surabaya ada peristiwa cinta yang lain. Gunawan akan melangsungkan perkawinan dengan gadis idamannya. Tanggal perkawinan pun sudah ditetapkan. Tempat perkawinannya sudah dipilih: Hotel JW Marriott. Bintang lima. Undangan sudah diedarkan.
Perkawinan itu batal. Mendadak.
Tidak ada kata sepakat soal agama. Ibunda Gunawan menghendaki calon menantunyi itu ikut agama Gunawan: ke kelenteng. Namun, sang calon menantu tidak mau meninggalkan gereja Katolik.
Gunawan kembali jomblo.
Teman Gunawan lantas menghubungkannya ke Chin Chin. Gunawan sangat aktif ke kelenteng. Banyak persoalan ditanyakan di situ. Termasuk kapan waktu terbaiknya untuk kawin.
Jawabnya: tahun itu.
Maka, begitu dipertemukan dengan Chin Chin, keputusan diambil. Mereka kawin.
Selama itu Gunawan bekerja pada ibunya: menjadi direktur di perusahaan tenaga kerja. Perusahaan milik ibunya itulah yang banyak mengirim tenaga kerja ke Hongkong, Taiwan, dan Malaysia.
Begitu kawin, Chin Chin sempat tinggal lama di rumah mertuanyi itu. Ikut bantu-bantu perusahaan tenaga kerja itu.
Suatu saat suami istri tersebut membicarakan perlunya punya usaha sendiri. Chin Chin mengusulkan membangun ruko. Dia menguasai bidang itu.
Mereka pun sepakat membeli tanah di Kedungsari, pusat Kota Surabaya.
Begitu uang muka tanah itu dibayarkan, gambar ruko itu sudah jadi. Chin Chin sendiri yang mendesainnya. Hemat.
Gambar itulah yang dijual. Chin Chin tahu cara menjual ruko –pun ketika masih berbentuk gambar. Terjual habis, 28 ruko. Hanya sisa dua untuk dia tempati sendiri. Sebagai kantor. Dan sebagai simpanan masa depan.
Sumber: