Mati Pascavaksin

Mati Pascavaksin

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Akhirnya, pihak RS menolak. Dengan alasan, harus dibawa ke RS besar yang peralatannya lengkap.

Penolakan pihak RS akibat kata kunci “habis divaksin”. Tapi, kronologi memang harus diceritakan secara jujur oleh keluarga. Tidak mungkin bohong.

"Akhirnya, adik saya kami bawa ke RS Bersalin Asta Nugraha. Langsung masuk UGD,” cerita Viki.

Di UGD, dokter bertanya kepada pihak keluarga pasien, kronologinya. Karena kondisi pasien sudah parah. Sudah koma.

Keluarga menjelaskan “habis divaksin”, kemarin siang. Mendengar itu, para dokter jaga UGD tidak segera bertindak. Mungkin khawatir salah. Karena vaksinasi korona adalah hal baru bagi masyarakat, termasuk dunia kedokteran.

“Lalu pihak RS Bersalin Asta Nugraha menganjurkan, agar adik saya dibawa ke RS yang lebih besar,” kata Viki.

Panik, marah, bingung. Itulah perasaan keluarga.

Di saat pihak keluarga hendak mengusung Trio untuk pindah RS, ada dokter setempat memeriksa kondisi Trio lagi. “Dokter itu mengatakan, Rio (panggilan Trio) sudah meninggal ," ungkapnya.

Pernyataan dokter tersebut pada sekitar tengah hari. Atau sekitar pukul 12.00. Yang berarti, belum 24 jam dari saat vaksinasi.

Shock, sedih, marah, campur aduk. Tapi, kemudian keluarga mengikhlaskan kepergian Trio.

Tanpa diperiksa lagi, jenazah Trio dibawa pulang. Para kerabat kantor tempat kerja Trio mendatangi rumah duka. Mereka semua juga sama-sama divaksin bersama Trio.

Jenazah dimakamkan sore itu juga, usai buka puasa di Duren Sawit. Tak jauh dari rumahnya.

"Sampai sekarang, saya belum dapat kelanjutan dari masalah ini seperti apa kejelasannya. Bahkan, dokter yang menyuntik (vaksin) pun saya nggak tahu," kata Viki.

Menurutnya, ketika adiknya demam, pihak keluarga tidak bisa menghubungi nomor telepon yang disarankan. Karena tidak menemukan dokumen vaksinasi. Sedangkan, kondisi Trio terus memburuk. Keluarga panik.

“Kami hanya menemukan SMS sertifikat vaksinasi COVID-19,” ujarnya.

Sumber: