Bentrokan aparat gabungan dan Front Pekerja Lokalisasi (FPL) akhirnya pecah sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah, Minggu (27/7) 2014. Sebanyak 24 orang ditangkap saat kerusuhan.
***
ASAP hitam membubung tinggi di ujung Jalan Girilaya: gerbang masuk Lokalisasi Jarak-Dolly. FPL sudah menabuh genderang perang. Mereka siap menghadang pasukan gabungan TNI, Polri, Satpol PP dan Linmas yang datang sejak pagi.
Pasukan Samapta Polda Jatim berada di barisan terdepan. Senjata mereka tidak lagi pentungan seperti bentrokan pertama, sebulan sebelumnya.
Polisi sudah dilengkapi senjata laras panjang. Truck Water Cannon juga disiagakan di Girilaya dan Dukuh Kupang. FPL dikepung dari dua sisi.
Di Kelurahan Putat Jaya, personel Satpol PP Surabaya menggotong plakat yang akan dipasang di sekitar lokalisasi. Mereka adalah tim Pikachu.
Kasatpol PP Surabaya Irvan Widyanto memberi nama itu karena musuh besar mereka adalah Pokemon, panggilan Ari Saputro. Pokemon adalah tokoh FPL yang paling getol menolak penutupan.
Tim Pikachu dilengkapi alat pelindung mirip pasukan Samapta Polda Jatim. Semua wilayah vital terlindungi rompi, helm, dan sepatu lars. Pasukan khusus ini jarang diterjunkan karena satpol PP sudah jarang bentrok dengan warga.
Satpol PP yang menggotong plakat penutupan dihadang warga yang sudah membakar ban bekas. Namun aparat gabungan sudah terlanjur maju. Massa di mulut Gang Dolly mulai melempari petugas dengan batu.
Aparat membalas dengan lembaran gas air mata. Keos terjadi. Petugas yang yang tidak memakai masker anti gas air mata ikut buyar. Dalam kesempatan itu, warga pro prostitusi berhasil mencuri plakat milik pemkot.
Water Cannon maju, jadi tameng. Namun, truk itu tak bisa melaju lebih dalam begitu tiba di ujung Jalan Jarak. Jalan raya dipenuhi batu dan balok kayu yang sulit ditembus.
Satu orang yang menjadi provokator berhasil ditangkap. Skor satu sama. Polisi dapat satu orang aktivis, sementara plakat milik pemkot berhasil diambil FPL.
Karena bentrokan tak kunjung mereda, perwakilan FPL dan aparat bertemu. Mereka sepakat untuk menarik mundur pasukan. Polisi mengembalikan satu anggota FPL, sementara plakat pemkot dikembalikan.
Namun upaya itu cuma taktik aparat. Setelah bentrokan mereda, pasukan gabungan kembali merangsek. Warga anggota FPL yang tidak siap, berhasil dipukul mundur.
Ribuan aparat langsung menyisir gang-gang yang dipenuhi dengan wisma. Sementara anggota FPL semburat menyelamatkan diri. “Warga seperti kami sudah diwanti-wanti masuk ke rumah saat eksekusi,” ujar pendiri JeHa Muhammad Nasih kemarin (19/5).
Preman yang terpukul mundur dari jalan utama masuk ke gang-gang kecil. Mereka punya pertahanan berlapis. Setiap mulut gang diblokade.