ASN dari Sulawesi itu, ke Malang memang direncakan sejak awal. Menabung. Hamim juga kuliah secara daring; program by riset. Hanya beberapa kali ke kampus. Sebelumnya Hamim kuliah S3 reguler di IPB Bogor. "Empat bulan saja, tiap sabtu dan minggu. saya tidak kuat. Dan Alhamdulillah, menemukan UB dengan program by riset ini," lanjutnya. Saya cocok segalanya dengan kota Malang yang luar biasa ini," katanya.
Pendidikan Hamim tidak linier. Setelah lulu S1 Fisip pada Unsrat Manado, kuliah S2 hukum pada Universitas Sebelas Maret, Solo. Dan S3 Pertanian UB ini.
Saya membayangkan, berapa banyak air mata yang Hamim tumpahkan untuk menulis disertasi berjudul; Evaluasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
Karena dia temukan betapa banyaknya ketimpangan penanganan yang tidak terkolaborasi. Mubazir. Saya tahu, dia gampang menangis. Hatinya gampang tersentuh. Lihatlah, dia sering berkaca-kaca ketika memaparkan disertasinya itu. Dan tumpah haru ketika dinyatakan, hasil ujiannya itu; A. "Tidak ada nilai di atas ini," kata ketua penguji Prof Kuswanto.
Saya ingat, dia juga tampak menangis senang ketika dulu, masih jadi wartawan saya di Manado Post, saya tugasi meliput sekaligus menulis untuk majalah Tempo. pimred Mubanu M sebenarnya minta tolong saya. Tapi saya delegasikan kepada Hamim. Lalu tulisannya dimuat, nyaris tanpa diedit.
Hamim masih seperti dulu, begitu santun. Masih sering menyebut orang-orang yang membesarkannya. Saya malu selalu disebut-sebut. Ketika makan siang sebelum acara, bersama Fadel, Wagub, para rektor dan tokoh-tokoh Gorontalo, dia pamerkan orang yang disebut telah mendidiknya.
Bahkan, tiba-tiba, ketika di podium, pada gong akhir pidatonya, --setelah dia dinyatakan doktor-- dia panggil saya, juga istri, diperkenalkan sebagai orang yang membentuknya. "Sesungguhnya saya adalah wartawan. Bupati adalah pekerjaan sementara saja," kelakarnya. Dia lalu melempar pandangan mencari saya, yang sembunyi di sudut belakang. Diminta berdiri.
Pada sambutan itu, banyak yang disebutnya. Karena memang hadir. Antara lain seniornya di Nasdem; Sri Sajekti Sudjunadi, tokoh di Metro TV yang kini Ketua Nasdem Jatim. Jeannet, panggilan akrab wanita baya itu, adalah kolega Hamim. Hamim kini adalah Ketua Nasdem Provinsi Gorontalo. "Menjadi Bupati dan masuk dunia politik, sebenarnya bisa ibadah lebih luas," kata Hamim suatu kali.
Hamim punya bekal sosial yang kuat. Sebelum jadi wartawan 32 tahun lalu, dia adalah pengelola dagang bakso. Tentulah dia sangat menghayati kemiskinan. Perjalan hidupnya penuh warna. Usianya pada 11 Januari lalu, baru 53 tahun. Gelarnya kini melengkapai pengalaman akademiknya.
Akankah Hamim melirik untuk menjadi Gubernur Gorontalo? Sudah tampak demikian akrab dengan Wagub Idris Rahim. *
Penulis: Tokoh Pers, founder JTV, Arema Media Group dan INN (Indonesia News Network)