Itu masih mending abah cuma panggil Kiai. Saya yang beristrikan orang Lampung harus menghafalkan panggilan2 ke kakak, adik, sepupu, kakek, nenek dari pihak istri yg panggilannya berbeda-beda. Tiap orang punya panggilan sendiri2 dan tidak boleh salah. Ada yang harus dipanggil Kanjeng, Atu, Kiai, Ibu Ratu, Sidi, Siti, Amo, Daeng, Sultan, dll.
Hardiyanto Prasetiyo
2 minggu yll berkat Abah saya jadi kepo, kepo setelah melihat video IG Abah bersama ustadz Husein Roni yg kata abah di video alumnus PMDG. Kemudian saya donwload video itu, saya bagikan ke jejaring WAG alumni berharap ada yg mengenali dan terkorek informasi beliau alumnus thn brp. Dlm sekejap ada beberapa jawaban, jawaban pertama dari alumnus pengusaha BPR di Malang yg rupanya dulu kawannya : setelah lulus PMDG beliau kuliah di Malang lalu kenallah dgn kakak abah. Jawaban kedua dari seorang alumnus mantan hakim PA Baturaja : persis sesuai info abah, beliau kepala KUA satu lembaga sama beliau dan satu wilayah pula. Jawaban yg ketiga, terakhir ini yg sungguh luar biasa, jawaban dari seorang alumnus pengusaha travel di Palembang yg istrinya orang baturaja, kebetulan trayek beliau ada di OKU, disuruhlah anak buahnya cari rumah adik beliau Nazarudin Roni yg jg alumnus PMDG karena yg dpt info alamat duluan rumah adiknya, ketemu dan dimintakan nomornya, dapat sdh. Akhirnya dihubungi terjadilah obrolan panjang sekaligus ketahuan beliau alumnus 60 an, 1 thn dibawahnya. Tp sayangnya beliau ustadz Husein Roni tak pnya WA, sehingga ketika mau dihubungkan ke teman2nya agak kesulitan. Sekelumit cerita agar terhubung dgn kawan lama.
Disway Reader
Sedikit tambahan abah,, budaya pisau/badik/golok atau yg lebih familiar di masyarakat Sumsel 'ladeng'/Mandau" dikarenakan sebagian besar masyarakat Sumsel itu berkebun, dan perkebunan itu msh byk binatang buasnya, seperti harimau, buaya, beruang dls. Sebenarnya fungsinya itu untuk jaga diri dr binatang buas tsb. Dan satu hal lagi di SUMSEL ini terdiri dr bermacam-macam suku. Komering itu hanya salah satu. Sebagai contoh, di kabupaten OKU, OKU itu terdiri dr suku Ogan, Komering, kisam, dayo. Kabupaten Musi Rawas, terdiri dr suku Musi, Rawas,Coll, rejang Rawas. Dan lebih byk lagi di kabupaten OKI.
Fauzan Samsuri
Tidak bisa membayangkan betapa repotnya seorang perempuan dengan membawa anak pada zaman itu harus menempuh perjalanan dengan bus umum dari Madiun sampai Jambi, karena bakti seorang istri atau atas dasar lainnya kita tahu pasti alasannya, namun "cinta" memang bisa membuat orang melakukan apa saja. Semoga baktinya diterima Allah SWT, Laha fatikhah.
Zainal Arifin
Saya juga dibiasakan mbaca oleh ustadz Umar Khirid, membaca kitab berbahasa arab: al adzkaar, imam nawawi, karena saya lulusan sd, smp islaam. Bila ada kata2 yg tak tahu, tanya langsung pd beliau. Terimakasih atas ketekunan beliau ngajar saya yg jendel ini.
Maramuda Sahala
”Isi semua kitab ini bisa kamu pahami hanya dalam satu minggu kalau bukunya berbahasa Indonesia,” katanyi. Konsep ini (pakai terjemah) yg dipakai di umumnya pesantren Muhammadiyah dan ini menjadi sumber kegagalan ponpes MD: para santrinya tidak mampu membaca kitab kuning karena tidak dibiasakan. Di pondok salaf, membaca kitab kuning itu bukan hanya untuk memahami maknanya, tapi juga untuk menambah mufradat (kosa kata arab klasik). sehingga dg mufradat bahasa Arab yg banyak ditambah ilmu nahwu shorof dari kitab Ajurumiyah dan Alfiyah, maka santri yg tekun bisa menguasai bahasa Arab dan literatur Arab klasik tanpa harus belajar ke timur tengah. Gus Baha contohnya. Kesuksesan pondok salaf seperti Sidogiri, Lirboyo, dll menjadi pembeda ketika lulusannya meneruskan belajar di jurusan agama di timur tengah seperti di Mesir. Mereka lebih unggul secara kualitas dibanding dari pondok modern. Sebagian dari mereka bahkan sudah menjadi "kyai" di masjid2 mesir dg membuka pengajian kitab yg diikuti oleh mahasiswa asal negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dll; di samping dari sesama indo yg dulunya tidak mondok di pondok salaf. Di univ. Al-Azhar kalau ada mahasiswa yg disertasi doktornya dapat nilai cum laude itu berasal dari Indonesia (seperti Quraish Shihab dan Gus Ghofur Maimun) para mahasiswa asal negara tetangga menganggap "biasa" ini pengakuan atas kualitas pendidikan agama di pondok salaf. dan baru diaggap luar biasa kalau cum laude itu berasal dari negara tetangga (dan itu hampir tidak ada).
Latif Faiz
Ya betul,saya sangat setuju kalo Pak Andi dicari sampai ketemu,karena ini merupakan penyambung keturunannya almarhumah kakak Abah.. Ayo jemaah Disway semuanya bergerak..
Disway 2409385
Pak, dengan segala sumber daya yang anda punya, anda harus mencari keponakan anda si Andi ini. apalagi ayahnya masih hidup, dan itu adalah putra satu satunya kakak anda. Anda harus mencarinya!! berapapun harganya!! Kakak anda orang luar biasa dilihat dari fotonya.saya akan cerita hal yang mungkin sama dengan cerita keponakan anda.seorang anak, saat jaman revolusi tahun 1940an, di culik dari ibunya. dia disembunyikan di sebuah rumah yang mana ibunya tau. ibunya menggedor setiap pintu rumah orang orang dan saah satunya rumah orang yang menculik itu sambil memanggil namanya. dia juga berteriak ke orang orang bahwa anaknya di culik. dan orang yang menculik mengancam anak itu kan membunuh bila dia berteriak. anak itu mendengar teriakan ibunya sampai suara ibunya menghilang karena mencari di tempat lain. dia masih kecil. sekitar 5 tahun. dan setelah seharian ibunya mungkin putus asa, tidak terdengar lagi teriakan ibunya memanggil namanya.dia kemudian dijual ke luar negeri.seumur hidupnya, dia terngiang teriakan ibunya. dan berusaha mencari beliau. namun seumur hidupnya, dia tidak pernah bertemu ibunya. sampai anak itu besar dan telah meninggal. dalam usia 80an tahun. dia tidak ingat apapun karena masih kecil. termasuk tempat tinggal/desa asal ibunya.saya mengenal beliau saat sudah berumur 70an tahun. dan memang dia "berbeda" secara fisik dengan kami.saya tidak pernah bisa lupa akan kisah hidup dari beliau ini.CARI KEPONAKAN ANDA PAK!CARI SAMPAI KETEMU!!! Menemukan Andi adalah "amal dan pahala" yang bisa anda berikan kepada almarhum kakak anda.
Leong Putu