Lalu, kenapa sains harus menjadi mediator di saat situasi bangsa sedang terjebak dalam arena perseteruan politik?
Karena hanya sains dan para aktor sains lah yang terbiasa dengan objektivitas dan norma-norma saintifik mertonian lainnya.
Jika para aktor sains malah ikut terlibat di dalam arena perseteruan politik, apalagi sampai menjadi buzzer politik, maka sudah pasti bangsa ini akan semakin terseret menuju chaos dan akhirnya kolaps.
Na'udzubillahi min dzalik. Hasbunallah wa nikmal wakiil.
***
Kemudian, kapan peradaban bangsa ini bisa menjadi maju, jika nyatanya, masih ada yang
mewarisi dendam politik dari orang tuanya? Ini Indonesia atau Singosari?
***
Terkait pengeroyokan itu, menurut saya, definisi rasa kemanusiaan itu sudah sangat bias akibat adanya ingroup favoritism dan outgroup derogation.
Abah Dahlan Iskan. Di saat banyak yang sedang berkabung atas terjadinya krisis kemanusiaan di negeri ini, di mana 6 warga sipil tewas ditembak aparat di KM 50, para teman sepermainan Ade Armando malah merayakannya dalam euforia, bersuka-cita menari-nari di atas mayat saudara sebangsanya sendiri, seolah-olah para korban yang telah gugur dalam tragedi itu adalah para pembunuh keji berdarah dingin yang pernah menghabisi anggota keluarga mereka di jalanan.
Hey Abah! Teman sepermainan Ade Armando: Denny Setiawan, bahkan sampai mengirimkan bunga suka cita atas tewasnya anak-anak muda di KM50 itu! Tak ada lagi rasa empati sama sekali.
Pernahkan dipikirkan, andai anak-anak muda yang gugur di KM 50 itu dididik dengan baik, siapa tahu di masa mendatang, mereka akan menjadi jenderal yang jauh lebih baik dan bermanfaat daripada para penembaknya itu?
Sementara itu, ketika Ade Armando babak belur, tiba-tiba panggilan akan pentingnya rasa kemanusiaan itu muncul.
Hey! Kemanusiaan itu universal dan berkeadilan. Empati itu tak seharusnya hanya berlaku untuk kelompok sendiri, tapi tak berlaku untuk kelompok lain.
Penyakit ingroup favoritism dan outgroup derogation ini sama bahayanya dengan penyakit Islamofobia dan penyakit rasialisme lainnya.
Semoga peradaban bangsa ini tidak kolaps seperti Anasazi! (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul PPKM Gedor
Azza Lutfi