Budi Utomo
Btw, Sindhu (Sansekerta) atau Sindh (Hindi/Urdu) konon adalah Bapa Moyang bangsa India. Sama seperti Rama (Sansekerta) atau Romo (Jawa) yang artinya Bapa. Sekarang Sindh menunjuk kepada nama etnis dan nama provinsi dan nama bahasa lokal di PAK-istan. PAK-istan sendiri konon adalah istilah yang merupakan singkatan tiga wilayah yaitu Punjab-Afghan-Kashmir plus akhiran Istan yang artinya Negara. Punjab atau Lima Sungai kini juga menjadi nama etnis dan nama provinsi serta nama bahasa di Pakistan. Selain Sindhu, bangsa India menyebut bangsa mereka sebagai bangsa Bharat. Bahasa Sansekerta dari istilah Hindi untuk “Bharat” adalah “Bharata”. Seperti yang ada dalam istilah Maha-Bharata-Yudha atau Great-Indian-War atau Perang Besar India. Seperti yang juga tercermin dalam nama Partai nya Narendra Modi yaitu Bharat-iya Janata Party (BJP) atau Partai Rakyat India atau India People Party.
@bagus aryo sutikno
Beruntunglah NKRI tak sepenuhnya kapitalis tapi juga tak sepenuhnya sosialis. Food & Energy dikuasai Negara melalui Bulog dan Pertamina/PLN. Tak seperti Amrik yang sektor Food & Energi dikuasai Swasta/Private Company karena menganut kapitalis ekstrem. Minyak goreng dan batubara adalah sektor Food dan Energy yang dikuasai Swasta di NKRI. Mungkin negara perlu mem-BUMN-kan perkebunan sawit dan pertambangan batubara agar Food dan Energy terkendali sehingga dua sektor penyumbang inflasi sebuah negara ini tetap aman terkendali. Tapi BUMN itu penuh resiko korupsi di satu sisi, bisa jadi “pesta pora” partai politik yang berkuasa. Privatisasi food & energy mengurangi resiko korupsi seperti di USA tapi ujung-ujungnya negara USA dikuasai kaum pengusaha/ oligarki/ konglomerat Food & Energy. Tak mudah memang untuk mengatur sebuah negara. Pilihan privatisasi BUMN seperti hobi Partai Konservatif / Kapitalis di Inggris, sebagai contoh, adalah narasi yang dilawan Partai Buruh/Sosialis di Inggris dengan mem-BUMN-kan / Menasionalisasi Big Company. NKRI, hemat saya, harus menerapkan paham Sosialis di sektor yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti Food & Energy sebagaimana diamanatkan pasal 33 UUD 1945. Tapi nasionalisasi sawit dan batubara bakal ditentang hebat karena “Anda Sudah Tahu” dua hal ini adalah sumber utama para oligarki baik di pihak yang mendukung pemerintah maupun yang oposisi
Keturunan Rama di India tak mau membantu keturunan Rahwana di Srilangka/Alengka konon karena bangsa Srilangka bermesraan dengan bangsa berkulit kuning. Demikian pula keturunan Pandawa di sebelah Timur Sungai Punjabi dan/atau Indus, tak mau membantu yang konon adalah keturunan Kurawa di sebelah Barat Sungai Punjab. Punjab adalah bahasa Hindi / Urdu masa kini untuk Panca Jabi atau Lima Sungai. Pan-jab. Versi English Pun-Jab karena Pun dibaca Pan. Lima Sungai ini terkoneksi dengan Sungai Indus. Orang Persia menyebut Hindu yang artinya Sungai untuk Indus. Sedangkan orang Yunani menyebutnya Indos. Indus/Indos adalah asal kata dari “negeri” India, “agama” Hindu, “bahasa” Hindi. Sungai Indus, lokasi kisah Mahabharata, bermuara di Laut Arab sedangkan Sungai Gangga, lokasi kisah Ramayana, bermuara di Teluk Benggala, Bangladesh masa kini. Baik Sungai Indus dan Sungai Gangga memiliki sumber utama yang sama dengan Sungai Kuning (Huanghe) dan Sungai Panjang (Changjiang atau Yangtze) yaitu gletser/ salju yang mencair di Tibet. Bangsa kulit kuning sebagai pemilik provinsi Tibet masa kini mengikuti teladan keturunan Rama Pandawa, menyerahkan nasib keturunan Rahwana Kurawa ke tangan rentenir Amerika yang disebut IMF.
bagus aryo sutikno
Batubara panen raya, palm oil juga plus SDA. Semua gembira. Sadari nggak sich Lu kalau ketahanan energi dan pangan kita itu lemah.. Tak satu pena pun berani menulis. Itu sebabnya kepercayaan pada wartawan, rendah.
bagus aryo sutikno
Ada mahar yg harus dibayar Ada perih yg harus ditagih . . . 3 periode itu pedih, Jendral
achmat rijani
Belimbing tunjuk meulah kacar / Pirik di panai wan undang papai / Bimbang hati handak ka pasar / THR disway baluman sampai
Amat Kasela
Buka puasa makan katupat/ Nyiur anum bagula lahang/ Duit THR baluman dapat/ Harga barang badahulu larang. Balum lagi jatah bini. Takur bandar
achmat rijani
Apam Baras Apam Paranggi / Waday kamir kada beragi / Hati baluas manyambut pagi / Disway hadir datang lagi.
Agus Suryono