Kembang Janggut

Sabtu 30-04-2022,08:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Tulisan Abah dua hari ini kok ikut pendek juga, apa karena lagi bahas Migor yang licin takut tergelincir??

Johannes Kitono

Disway hari ini terlalu singkat . Entah malas bahas lagi soal Migor atau langsung eksekusi Liburan Lebaran. Kisruh moratorium ekspor kali ini indikasikan bahwa team Kabinet kurang solid, padahal targetnya sangat jelas. Harga migor harus turun yang ketingkat yang wajar. Misalnya, Rp.21 ribu/ 2 liter seperti di Malaysia. Hasil sementara moratorium : Harga jual TBS merosot dan petani rugi. Harga migor domestik memang turun sedikit saja tapi sdh tidak antri. Harga migor dunia naik dan pangsa pasar Indonesia berkurang diisi oleh negara kompetitor. Pengusaha sawit Malaysia happy seolah olah dapat THR dari Presiden Indonesia. Ironisnya, petani sawit Indonesia yang jual TBS justru yang rugi. Belajar dari kasus ini. Keputusan Sapu Jagat harus dilaksanakan. Kalau harga migor turunnya masih lelet juga. Menko Ekuin segera kumpulkan Asosiasi Sawit dan pabrik migor. Himbau mereka segera turunkan harga migor sambil injak kakinya. Selamat menikmati Liburan Lebaran. Presiden dan para menteri kabinet tentu akan saling memaafkan atas keputusan moratorium ini. Pada saat yang sama petani sawit hanya bisa kesal dan gigit jari. Menyaksikan komika sawit kabinet Indonesia.

Lukman bin Saleh

Mulai nyesek baca berita dg judul2 seperti ini: Pabrik kelapa sawit manfaatkan larangan ekspor, Borong TBS dg harga rendah untuk pasca lebaran. Petani teriak! Larangan ekspor CPO bikin harga TBS anjlok 60%. Dan judul2 berita serupa. Ah… andai waktu bisa d putar kembali. Pemerintah tdk perlu melarang ekspor CPO. Pajak ekspor sj d naikkan tinggi2. Untuk subsidi migor. Mengingat harga CPO dunia sekarang. Jangankan harga 14rb, 5rb/literpun bisa. Tinggal mainkan pajak dan subsidi…

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler