FDA: Itu menyebabkan nyeri jangka panjang, infeksi, dan cedera serius. Yakni, jaringan parut dan cacat permanen. Paling parah, emboli (penyumbatan pembuluh darah), stroke, dan kematian.
Profesor James D. Frame, profesor bwdah plastik kenamaan dunia dari Anglia Ruskin University, London, Inggris, mengatakan, BBL banyak membunuh wanita yang ingin tampil cantik. Padahal, cantik itu relatif.
Prof Frame sehari-hari berpraktik, memimpih tim bedah plastik di Rumah Sakit Springfield, Chelmsford. Inggris. Ia dalam wawancara dengan CNN, 29 Agustus 2018, bertajuk "Why Butt Lifts Can be so Dangerous?", menjelaskan proses BBL. Begini:
Intinya, pengambilan lemak dari area tubuh yang tidak diinginkan pasien. Lalu memindahkannya ke area tubuh tertentu sesuai keinginan pasien..
Itu disebut cangkok lemak. Praktiknya membutuhkan nutrisi. Lalu disuntikkan ke jaringan yang memiliki suplai darah. Lemak dapat bertahan jika disuntikkan ke lemak lain, tetapi hingga 90% darinya dapat diserap jika disuntikkan.
Lemak berpeluang besar bertahan, jika dimasukkan ke dalam otot. Tapi, di sinilah risikonya.
Menyuntikkan lemak ke otot di bokong, dapat dengan mudah menyebabkan masalah serius jika dilakukan secara tidak benar. Ketika lemak memasuki aliran darah, bisa menyumbat pembuluh darah. Itu disebut emboli lemak.
Di paru-paru, menghalangi oksigen memasuki aliran darah. Sedangkan, di otak bisa menyebabkan stroke. Keduanya bisa berakibat kematian.
Volume lemak yang diambil, lalu disuntikkan, faktor penting. Kebanyakan ahli bedah menganggap 300 mili liter, sebagai jumlah yang aman. Namun, beberapa ahli bedah yang lebih berpengalaman, berani menggunakan volume lemak yang jauh lebih besar yang dapat diukur dalam liter.
Itu tergantung keinginan pasien. Sekitar 300 ml, jika diratakan di bokong, maka perubahannya kurang kelihatan. Ahli bedah berpengalaman berani menambah volume aman itu, dan bersifat gambling.
Dokternya paham, bahwa itu gambling. Tapi yang gambling adalah pasien. Bukan dokter.
New York Post edisi 7 Juni 2022, bertajuk "Beauty is Considered a Human Right in This Country", mengisahkan pengalaman wanita nyaris mati akibat BBL.
Naskah New York Post itu dikutip dari Kennedy News and Media, yang mewawancarai wanita Inggris berambut pirang, Courteney Smith (25), ibu dari dua anak. Dia merasa, setelah beranak dua, bokongnya tidak seksi lagi. Maka, dia mencari tahu operasi BBL.
Dia dapat info dari internet, sebuah klinik di Turki. Sebab, di Inggris tidak ada rumah sakit atau klinik yang berani melakukan operasi BBL.
Smith dari Hertfordshire, Inggris, berangkat ke Turki, awal Agustus 2020. tiba di tempat tujuan, dia membayar biaya operasi.
Smith kepada Kennedy News and Media: “Segera setelah mereka mengambil uang dari saya, semuanya berubah,” kata Smith. “Mereka sangat tidak profesional. Saya pikir, mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”