Antara lain, tanpa pertemuan pra-operasi. Biasanya, di pertemuan itu dokter menyampaikan berbagai hal kepada pasien. Termasuk semua risiko. JIka pasien merasa mantap, barulah operasi dilakukan.
Pengalaman Smith tidak begitu. Dokter laungsung tancap gas, operasi.
Smith bangun, setelah lima jam proses operasi. "Ketika saya bangun, saya berbaring di pantat saya," katanya. Maksudnya, telentang.
"Jelas, Anda tidak dimaksudkan untuk berbaring di pantat, ketika Anda baru saja menjalani operasi BBL. Anda seharusnya tidur di depan Anda." Maksudnya, telungkup.
“Rasa sakitnya 1.000 kali lebih buruk daripada melahirkan, yang tanpa pereda nyeri. Itu tak tertahankan,” kenangnya. "Saya benar-benar berpikir saya sedang sekarat."
Smith lalu minta cermin, untuk melihat bokongnya. Dia terkejut, bokongnya merah membara. Dia menahan sekuat tenaga agar tidak histeris. Menahan sakit begitu rupa.
Namun, tak tertahankan juga. “Ketika mereka melepaskan pakaian saya, saya berteriak dan menangis karena saya sangat kesakitan,” kata Smith. "Punggung saya tampak seperti saya menjalani cangkok kulit. Itu merah mentah."
Smith buru-buru dipindahkan ke vila pemulihan pasca-operasi di dekat klinik. Sampai di sana dia terkejut. Di sana tak ada dokter. Hanya ada seorang admin pria yang tidak mengerti medis.
Esoknya, dengan tertaih dia naik taksi, kembali ke klinik. “Saya menanyai mereka tentang mengapa ada memar di bawah dada. Mereka menjawab, pada dasarnya itulah sedot lemak,” kata Smith.
Oya… Smith minta memindahkan lemak dari perut (di sekitar pusar) ke bokong. Tapi, bukan hanya perut yang memar, melainkan juga dadanya ikut memar dan berkerut.
Dalam kondisi kesakitan dan frustrasi, Smith pulang ke Inggris. Mendatngi dokter langganan.
Smith: "Dokter mengatakan, memar itu karena resusitasi. Dijelaskan detil. Sangat mengerikan. Saya tidak pernah punya masalah liver. Tapi, dikatakan, liver saya bermasalah akibat suntikan BBL."
Setelah menjalani serangkaian tes, Smith dinyatakan menderita sindrom Brugada. Suatu kondisi yang mempengaruhi cara sinyal listrik melewati jantung, dan dapat menyebabkan jantung berdetak sangat cepat, tanpa
Smith menjalani pengobatan rutin. Dan, sampai diwawancarai wartawan Kennedy News and Media, dia masih sakit. "Saya sangat menyesal melakukan BBL. Saya berharap jangan ada wanita lain jadi korban mereka," tutupnya.
So… mahasiswi I di apartemen Cipulir, diduga mengalami seperti yang dialami Smith. Dari segi usia, antara I dengan Smith, beda-beda tipis. Yang mereka alami, kira-kira sama.
Bedanya, nasib Smith lebih baik daripada I. Karena, masih diberi kesempatan hidup. (*)