JIWA MENELITI KITA RENDAH KARENA TIDAK DIBIASAKAN DAN DIMOTIVASI.. DOSEN, fokusnya, setelah diterima jadi Dosen adalah: 1) Melanjutkan S2 dan S3. 2) Menikah. 3) Punya rumah dan kendaraan. 4) Mencari gelar Profesor. 5) Mencari jabatan struktural di luar Universitas, tanpa melepaskan jabatan di Universitas. 6) Mencari obyek dan proyek. 7) Berpolitik, tapi tetap pamer gelar S1 S2 S3 dan Prof nya. 8) Ngajar, hanya jika sempat. Jika perlu nanti ngajarnya dirapel. MAHASISWA, fokusnya setelah diterima jadi mahasiswa adalah: a) Ngopi. b) Pacaran. c) Lulus dengan IP tinggi. Soal cara lulus tidak penting. d) Cari kerjaan. e) Beli mobil dan rumah.. f) Di waktu senggang, ngopi lagi.. MENELITI…? Ah. Enakan ngopi, merokok dan ngerumpi.. Sambil rasan-rasan..
azid lim
Lain kali kalo ada tulisan tentang cowboy - cowboy Amerika para komentator jangan koment padahal masalah cowboy dalam negeri sangat menarik untuk ditulis dalam catatan Pak DI mungkin sudah senior …nyali untuk membahasnya mikir mikir dulu , setidaknya bahas dari sisi korban …sangat miris mendengar statement dari ayah dan tante korban
Alon Masz Eh
Ada beberapa manusia cemerlang yang pendidikannya tidak sampai s3, tapi sangat berbakat di dunia kerja, di dunia nyata. Menciptakan inovasi. Ulet. Contohnya yg ngangkat koran remek jadi bagus di sby itu ehmm. Ada juga yg sangat ingin tahu, meneliti dengan biaya sendiri. Kayak drh. Indro. Beliau boleh dibilang, pengalaman empiris nya luar biasa. Sesuatu yg tidak dipunyai jagoan perguruan tinggi (yg bukan dosen proyek) yg jarang meneliti, jrg mengabdi di masy, jrg menerapkan ilmunya. Saya punya teman inovatif, namun pendidikannya rendah. Prestasinya luar biasa. Kemudian dia ngotot sampai s3. Cara belajarnya dibalik, praktek dulu di dunia nyata, baru belajar teori dan filosofi di dunia kuliah. Lulus sempurna. Doktor ya bukan abal2. Btw bidan koran itu, andai mau kuliah lg, mungkin dia ga diledek sbg Profesor abal-abal. Profesor penguji mana yg ngga gemeter sm praktik keilmuannya.
Fauzan Samsuri
Diskusi dilakukan, tulisan diterbitkan ujung-ujungnya penentunya adalah pengambilan keputusan bahasa lainnya kekuasan. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam hal ini, hanya yang disayangkan kalau keputusan tidak didasarkan pada kajian hasil diskusi dan tulisan sehingga kerap kali orang lebih senang menjadi pemegang kekuasaan daripada ilmuan.