Analisis Tragedi Kanjuruhan Banding di Peru

Selasa 04-10-2022,13:44 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Djono W. Oesman

Saksi hidup, Theo Bhelva Dwinanda Putra (24) suporter Arema asal Jember, Jatim, menceritakan kepada pers, Senin, 3 Oktober 2022, menceritakan:

Theo warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Jember. Dia bersama seorang teman, menuju ke Malang, Kamis, 29 September 2022. Niatnya nonton konser musik artis Mahalini.

Theo: "Saya tahu ada Arema bertanding lawan Persebaya, saat melihat medsos. Sebagai Aremania juga, saya ingin menonton."

Ia berniat beli tiket VIP, tapi habis. Akhirnya beli tiket VVIP. "Saya pilih VIP, sebab saya pikir mungkin ada kerusuhan. Karena, Arema musuh bebuyutan Persebaya," katanya.

Dilanjut: "Pertandingan berjalan lancar dan aman. Arema kalah 2 - 3 sampai pertandingan berakhir."

Saat itulah ia melihat, ada sejumlah suporter masuk lapangan. Jumlahnya makin lama makin banyak.

Theo: "Sepertinya mereka ingin menyampaikan ke manajemen, kenapa permainan Arema kurang bagus. Setelah itu satu persatu sejumlah penonton berusaha menuju tengah lapangan. Tapi gak sampai ricuh."

Dilanjut: "Terus, polisi atau TNI ikut masuk ke lapangan. Membubarkan penonton yang masuk ke lapangan. Terus saya lihat ricuh. Antara penonton di lapangan dengan aparat."

"Tidak lama setelah itu, ada tembakan gas airmata yang dilakukan aparat ke arah tribun. Nah, pemicunya apa juga saya tidak tahu."

Dilanjut: "Yang saya lihat, tembakan gas airmata itu ke arah tribun. Kalau tidak salah gate 2, 3, 4. Kemudian gate di bawah skor. Juga di gate 13, dan 14. Situasinya saat itu semburat (kocar-kacir) para penonton. Apalagi asap dari gas airmata itu semakin banyak (mengepul). Posisi saya di VVIP, jadi gas air mata itu tidak ditembakkan di arah tempat saya. Apalagi ada tamu undangan."

Tapi, beberapa tembakan gas airmata kemudian membuat mata Theo pedih. Ia dan teman, buru-buru keluar.

Akhirnya: "Alhamdulillah saya bisa keluar, karena kondisi penonton tidak terlalu crowded di tribun VVIP. Saya meninggalkan stadion dengan selamat. Saya baru tahu dari berita, bahwa banyak korban tewas."

Horor di Tribun 12

Saksi hidup lain, Muhammad Reko Septiyan (19) asal Manyar, Gresik. Tulang kaki kiri patah terinjak-injak di Tribun 12. Ia dirawat di RS di Malang.

Faisol, ayah Muhammad Reko menceritakan kepada pers, Senin, 3 Oktober 2022. Usai pertandingan, Faisol mendapat kabar putranya mengalami luka di kaki sebelah kiri akibat terinjak-injak penonton.

Faisol mengatakan, anaknya, Reko menonton bersama teman-temannya di Tribun 12.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler