Ijazah Palsu Jokowi dalam Teori Pental Equilibrium

Kamis 13-10-2022,12:11 WIB
Reporter : sukma ameg
Editor : sukma ameg

Ditimpali Dekan Fakultas Kehutanan, UGM Sigit Sunarta, mengatakan:

"Memang, waktu itu belum ada penyeragaman. Kalau sekarang ada format khusus. Sehingga memang ada perbedaan antara satu ijazah dengan lainnya. Tapi kita tetap mempunyai dokumen aslinya. Ijazah Bapak Joko Widodo, asli."

Ee… isu pindah ke putera Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo. Juga dituding ijazah palsu. Tepatnya, beli ijazah.

Warganet, Ahmad Junaidi via Twitter, 11 Oktober 2022, pukul 05.12 PM, mencuit: "Ijazah Gibran beli dari luar negeri, tuh."

Gibran, sejak SMP sekolah di Singapura.

Selanjutnya pada tahun 2007 Gibran lulus dari Management Development Institute of Singapore, 2007. Dilanjut ke University of Technology Sydney, Australia, lulus 2010.

Setidaknya, warganet itu sudah melacak, bahwa Gibran lulusan luar negeri. Maka, jawab Gibran, itu tadi, enteng saja: "Beli di Shopee, dapat cashback dan free ongkir."

Tidak ada perlunya, University of Technology Sydney merespons. Ini mainan mode Indonesia. Mode tipis-tipis. Merujuk data Badan Pusat Statistik hasil sensus 2020, rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia 8,7 tahun (pria) dan 8,5 tahun (wanita). Gampangnya: Rata-rata kita, putus sekolah di kelas tiga setingkat SMP. Sehingga ijazah jadi 'makanan' medsos.

Mengapa itu terjadi? Toh, masa jabatan Presiden Jokowi tinggal dua tahun lagi. Apakah 'dendam politik' di 2014 yang belum tuntas? Atau mencegah kelompok politik Jokowi maju ke Pilpres 2024? Siapa kelompoknya?

Mungkin, ini efek gaya pental equilibrium. Dari Orde Baru yang otoriter. Ke Orde Reformasi yang demokratis. Dua bentuk berlawanan. Memental menuju equilibrium. Pental equilibrium.

Ciri negara otoriter, dipimpin kepala negara gampang nggebuk. Ada protes sedikit, digebuk. Apalagi, menyinggung kepala negara, digebuk-buk. Maka, rakyat takut.

Pemimpin negara otoriter, cenderung terjadi kultus individu. Sudah ada sejak abad ke-1, Kaisar Augustus dari Prima Porta (Italia), Mesir Kuno, Kekaisaran Jepang, Suku Inca, Aztec, Tibet, Siam (kini Thailand), Kaisar Romawi. Semua dikultuskan. Oleh orang-orang dekat pemimpin itu sendiri. Dicitrakan, jadi kultus.

Thomas A. Wright dalam bukunya, "What is character and why it really does matter" (2013) disebutkan:

"Fenomena kultus individu mengacu pada citra seseorang ke publik yang ideal. Sampai, orang itu seperti dewa. Dari seorang individu yang secara sadar dibentuk melalui konstanta propaganda, dan paparan media massa."

"Hasilnya, seseorang (bersama geng-nya) dapat memanipulasi orang lain sepenuhnya berdasarkan pengaruh kepribadian publik. Perspektif kultus individu, fokus pada citra eksternal seseorang (pemimpin) yang seringkali dangkal. Itu hasil rekayasa tokoh publik untuk menciptakan citra ideal dan heroik."

Contoh di abad ke-19, banyak. Lenin, dilanjut Joseph Stalin, Benito Mussolini, Adolf Hitler, Mao Zedong, Ferdinand Marcos, Kim Yong Un. Kultus individu.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler