”Separuh Napas” di Bundaran HI

Kamis 26-01-2023,11:12 WIB
Reporter : Roso Daras
Editor : Roso Daras

Ia masih ingat betul pesan Doni Monardo. “Kamu harus telepon istrimu. Tenangkan dia. Lalu telepon keluarga, titipkan kepada mereka untuk ikut menjaga. Kamu harus tenang dan fokus.”

Yang tak pernah Oni bayangkan, ihwal kehamilan istrinya menjadi perhatian sehari-hari. Hampir setiap hari Doni meminjamkan telepon selulernya agar ia bisa menghubungi istri dan keluarganya di Jakarta.

Sekitar tiga minggu latihan di Korea, berhasil dilalui dengan baik. Rombongan Paspampres kembali ke Tanah Air. Tak lama setelah tiba di Indonesia, anak pertama Oni pun lahir. Komentar Doni Monardo ketika itu, “Rupanya anakmu memang menunggu kamu untuk lahir.”

Pelukan Doni

“Pak Doni terkenal keras, galak. Tapi sekeras dan segalak-galaknya pak Doni, bukan marah yang mengada-ada. Selalu ada dasar. Setelah marah, diberi tahu salahnya di mana dan bagaimana seharusnya. Beliau memberi solusi sekaligus keteladanan. Terus terang, pola kepemimpinan pak Doni yang sampai sekarang menjadi mindset saya,” katanya.

Selama berinteraksi dengan Doni Monardo, Oni mengaku tidak pernah dimarahi. Sampai suatu ketika, Oni sempat bertanya, “Kenapa komandan tidak pernah memarahi saya.” Doni tersenyum, dan menjawab, “Ya itu artinya saya tidak pernah menemukan kesalahan yang kamu perbuat.”

Banyak hal yang ia petik dari pola kepemimpinan Doni Monardo. Sama seperti halnya Wahyu Hidayat, Dan Paspampres yang berasal dari Paskhas, yang menerapkan kepemimpinan ala Doni Monardo di satuan elit TNI-AU. Oni pun demikian. Saat ia kembali ke satuan Marinir TNI-AL, ia pun mewariskan pola kepemimpinan ala Doni Monardo kepada para prajurit yang dipimpinnya.

Ia menekankan ihwal asas profesionalitas Doni Monardo, tanpa tendensi lain. Itu yang selalu Doni Monardo doktrinkan kepada pasukannya. “Tidak heran, jika personality beliau bisa diterima di semua kalangan. Beliau benar-benar professional, tanpa tendensi apa pun. Memberikan kemampuan terbaik di setiap penugasan. Itu saja,” kata Oni pula.

Oni juga menilai Doni Monardo sebagai sosok yang konsisten. Doktrin lain yang Oni dapat dari Doni Monardo adalah, “Jangan sekali-kali mengambil atau memotong hak anggota. Dalam memimpin dan memberi tugas, pertimbangkan keluarganya, perut jangan sampai kosong. Ketika satuan tugas bergerak di depan, yang di belakang harus menyiapkan dukungan, jangan santai,” ujar lulusan AAL 1995 itu.

Pelajaran Trembesi

Seperti halnya Wahyu dan kebanyakan orang tahu, maka Oni Junianto pun paham ihwal kegetolan Doni Monardo menanam pohon. “Ketika kembali ke Marinir, saya juga sempat meminta pohon trembesi untuk menghijaukan Bumi Marinir Cilandak,” katanya.

Sampai hari ini pun, Oni termasuk “ketularan” getol menanam pohon. Sampai-sampai di kampungnya, di Bogor, ia gerakkan masyarakat untuk menanam pohon dan sebisa mungkin tidak menebang pohon. “Pak lurah pun saya kasih bibit pohon,” kata Oni sambil tertawa.

Warisan Grup D

Di mana pun bertugas, Doni Monardo meninggalkan jejak yang harum. Warisan Doni Monardo di Paspampres bukan saja profesionalisme pasukan Paspampres, tetapi juga restrukturisasi Paspampres. Lahirnya Grup D, melengkapi tiga Grup yang ada sebelumnya, A (presiden), B (wakil presiden), dan C (tamu negara setingkat kepala negara).

Grup D Paspampres memiliki tugas melaksanakan pengamanan fisik jarak dekat terhadap mantan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya. “Beliau mengusulkan Grup D itu setelah melalui riset dan kajian mendalam. Termasuk mendatangi para narapidana teroris,” ujarnya.

Oni pun dipanggil Doni Monardo untuk urusan Grup D yang baru dibentuk itu. Dikatakan, anggota Grup D kurang bersemangat. Ada kesan “pasukan buangan”. Oni diminta secara khusus untuk membenahi mental pasukan Grup D. “Akhirnya, yang semula saya diplot menjadi Wadan Grup A, menjadi Wadan Grup D. Dan saya laksanakan tugas pak Doni sampai akhirnya pasukan Grup D kembali bersemangat dan tidak ada lagi stigma ‘buangan’,” katanya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait