Leong Putu
Mbah Mars bisa coba ketik di Chat GPT itu : trik selingkuh tanpa ketahuan istri . Kalau dijawab : maaf tidak ada pengalaman, berarti aplikasi tersebut buatan AAt.
Mbah Mars
Pagi ini saya mencoba kecanggingan Kecerdasan Buatan produknya Elon Mask. Saya mencoba Chat GPT nya. Saya ketikkan peritah: Buatkan puisi berjudul Perusuh. Inilah jawab si AI (Artificial Intelligence): Perusuh, bagaimana kau bisa begitu/Menciptakan kekacauan di mana-mana/Menghancurkan apa yang telah dibangun/Mengubur harapan dengan kejahatan. Kau datang dengan niat yang gelap/Membawa kegelapan dan ketakutan/Mengambil kebebasan yang telah ada/Menghancurkan segala yang telah terbina. Masih ada seterusnya. Pak Guru dan Bu Guru benar-benar harus bersaing berat dengan AI. Ketika saya ketikkan "Buatkan humor tentang perusuh", AI menjawab: "Maaf sebagai AI saya tidak menjamin bahwa humor tentang perusuh akan pantas dan sesuai karena perusuh adalah masalah yang serius. Namun jika anda menginginkannya akan saya buatkan yang ringan dan tidak sensitif. Saya jawab ya. Maka muncul humor tentang perusuh: "Kenapa kuda tidak pernah jadi perusuh ? Karena dia selalu punya kuda-kudanya". "Mengapa pohon tidak pernah jadi perusuh ? Karena ia selalu bertahan dalam keadaan tegak dan damai"
Lukman bin Saleh
Abah pernah berkata: Ada tiga orang yang tak boleh di lawan. Pertama atasan. Dua orang kaya. Tiga orang gila. Dan inilah contoh bagaimana nasib orang yang melawan orang kaya. Jangankan kalah. Menang saja sudah membuat menderita. Diperiksa 5 pengadilan. Di lima kota berbeda pula. Betapa melelahkan dan menguras energi. Stress sudah pasti. Semoga Paranjoy tidak bunuh diri…
thamrindahlan
Wayang orang perankan Cakil/ Adegan kocak penonton suka/ Wartwan Paranjoy setajam kerikil/ Bersepatupun kaki Adani terluka/
Liáng - βιολί ζήτα
Oom Amat K. Berdasarkan konteks-nya : "batu besar" yang dimaksud Abah DI - ya… Hinderburg, sedangkan Paranjoy digambarkan sebagai "kerikil". Terkait gambaran serupa sebelumnya… Paranjoy sebagai "kucing" dan Hinderburg sebagai "singa raksasa". Sepertinya gambaran Abah DI lebih berdasarkan kerugian finansial, karena "ulah" Hinderburg - Adani mengalami kerugian hingga Rp 2.000 triliun. Sedangkan Amartya Sen dan Noam Chomsky, oleh Abah DI "digambarkan sebagai "antitesis-nya" Economic and Political Weekly yang tidak berpihak kepada Paranjoy.
Amat K.
Duh, gara-gara paragraf terakhir CHD hari ini otak saya yang mahal ini jadi terpaksa terpakai. "Ternyata masih ada wartawan seperti Paranjoy. Intelektual terkemuka India seperti Profesor Amartya Sen dan Noam Chomsky pun berada di belakangnya. Mungkin Paranjoy hanya dianggap kerikil di sepatu Adani. Kini ada batu besar di depan matanya." Kalimat terakhir "Kini ada batu besar di depan matanya" ini inti permasalahan. Klitik -nya saya pikir referennya adalah Adani. Matanya berarti mata Adani. Ada batu besar di depan mata Adani. Jika Paranjoy dianggap kerikil, Amartya Sen dan Noam Chomsky adalah batu besar. Nah, tadi saya sudah menanyakan pada Pak Mirza, ada hubungan apa Noam Chomsky dengan Adani? Pun Amartya Sen. "Hubungan Chomsky dengan Gautam Adani jelas tak ada," jawan Pak Mirza. Lantas saya tak berhenti sampai di situ, coba lagi berbincang dengan ChatGPT, si AI. Jawabnya, dia tidak menemukan hubungan secara langsung antara Amartya Sen, Noam Chomsky, dengan Adani. Jadi makin bingung saya. Maksud saya, tidak ada yang harus dikhawatirkan jika batu besar di depan mata tersebut tidak menghalangi jalan Anda wahai Adani. Terus saja jalan. Saya juga pernah berjalan di depan batu besar. Batu besar tidak akan membayakan selama tidak jatuh mengenai Anda.
Purnomo Inzaghi
Dalam satu kesempatan di acara televisi, Prof Mahfud MD pernah memberikan statement (susunan kata mungkin beda, isinya kurang lebih begini) : satu satunya yang tidak ditemukan dari Pak Jokowi oleh lawan politiknya adalah korupsi, mereka berupaya mencari titik lemah korupsi Pak Jokowi tapi tidak ditemukan. Makanya Pak Jokowi tidak tumbang meski di cerca sana sini, di serang habis habisan. Jika grup Adani terbukti mendapat fasilitas dari kebijakan pemerintah India, bisa jadi akhir kekuasaan Narendra Modi sudah dekat. Korupsi adalah senjata ampuh untuk menumbangkan seorang politikus dari kursi empuk kekuasaannya. Ketika ada celah dan ditemukan setitik saja noda korupsi seorang politikus maka akan di ekspos habis sampai ke akarnya. Pemerintahan sekuat Modi pun bisa tumbang, minimal popularitasnya merosot gegara Adani. Kerikil di sepatu kini sudah menjadi batu besar merintang jalan kekuasaan.
Rihlatul Ulfa
Jika anda berfikir, hukuman dari para hakim di sidang pembunuhan brigadir J karena para hakim merasa takut ada benarnya. Jika saja hakim memvonis Sambo mengikuti tuntutan jaksa atau lebih rendah dari itu. Bagaimana senitimen publik? apalagi diawal kasus ini pun penuh dengan kebohongan. Akan berapa angka jeblok untuk kepuasan masyarakat terhadap aparat negara. tapi jika para hakim memvonis Sambo lebih berat dari tuntutan jaksa, yg ia lakukan pun sangat berani. Perlu banyaknya jam terbang seorang hakim sampai bisa tidak terintimidasi dan netral dalam memutuskan sebuah perkara dengan mempertimbangkan bukti2 yg ada di persidangan juga keteranga dari para saksi. Biasanya ancaman kepada diri seorang hakim, biasanya setelah itu berambat ancaman ke anak atau istri. turbelnsi itu pasti terjadi. tapi para hakim di sidang Sambo dengan keberaniannya perlu diancungi jempol. sangat sulit untuk mendapatkan skenario tersebut jika ditulis oleh penulis untuk dijadikan serial di televisi. drama sidang Sambo serta pembunuhan berancananya dan menghilangkan segala alat bukti, setidaknya seperti menjadi serial di Indonesia yang paling memuaskan.