Pimpinan Bank of Baroda, orang Gujarat, sudah mengindikasikan akan tetap menyalurkan kredit ke Grup Adani. Khusus untuk proyek Dharavi. "Kami tidak terlalu pusing dengan naik turunnya harga saham. Kami melihatnya per proyek," ujar pimpinan bank tersebut seperti dilansir Times of India Jumat lalu.
Berarti Dharavi akan jalan. Inspirasi pembangunan daerah kumuh Dharavi ini datang dari Hong Kong. Tahun 1980 lalu masih ada daerah kumuh di metropolitan Hong Kong. Namanya Taihang ( 大坑). Yakni kawasan utara pulau Hong Kong. Dekat Causeway Bay yang terkenal itu.
Sejak Taihang dibangun tidak ada lagi kawasan kumuh di Hong Kong.
Ketika pemerintah India akan membangun Dharavi, 1997, biayanya baru sekitar Rp 100 triliun. Penundaan proyek ini berakibat biayanya naik. Terakhir sudah mencapai Rp 200 triliun.
Saya pernah ke Dharavi. Lebih tepatnya melihat Dharavi. Dari atas jalan layang. Sebelum pandemi. Saya sengaja berhenti di atas jalan layang itu: melihat sebagian Dharavi dari atas. Terlihat jelas rumah kumuh yang luar biasa. Saya lihat juga kolam pencucian pakaian yang membuat bulu roma bergidik.
Saya juga pernah masuk-masuk ke perumahan kumuh di Tanah Tinggi Jakarta. Kurang lebih serupa. Tapi Tanah Tinggi tidak seluas Dharavi. Tidak bisa ditonton dari atas jembatan layang.
Begitu luasnya Dharavi, sampai-sampai proyek ini baru akan selesai dalam 17 tahun. Tentu saat itu nanti kota Mumbai menjadi kota besar pertama bebas kawasan kumuh di India.
Begitu terkenal kekumuhan dan kemiskinan Dharavi sampai banyak film dibuat di lokasi ini. Puluhan film. Salah satunya sangat terkenal. Anda pasti pernah menontonnya: Slumdog Millionaire (2008).
Adani memang belum terlihat bisa keluar dari kesulitan. Tapi doa orang miskin di Dharavi mungkin bisa membantunya. Mereka nanti tidak akan digusur. Mereka tetap mendapat rumah di gedung-gedung tinggi yang baru. Seperti di Taihang.
Memang sudah ada suara yang menolak: para perajin gerabah. Mereka tidak akan bisa lagi membuat gerabah di rumah susun. Padahal itulah usaha mereka.
Keberatan lainnya: mereka sudah telanjur merasa bahagia di kampung kumuh itu. Di situ, rasa kekeluargaan mereka sangat tinggi. Angka kejahatan sangat rendah. Toleransi sangat baik: 30 persen Islam, 65 persen Hindu. Tidak ada konflik agama seperti di banyak wilayah lain India.
Mereka pilih hidup rukun dan bahagia di kampung lama. Pemerintah kelihatannya pilih membuat mereka enak dipandang mata. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 21 Februari 2023: Corpu Inspirasi
Juve Zhang
Kalau anda datang ke bank BUMN pasti dapat nomor urut nomor sepatu bisa 41,43 dst. Masuk BC# anda disambut petugas satpam yg menanyakan apa masalah nya, kadang satpam bawa kita ke ATM dan bisa beres di ATM, wow ini satpam dapat juga ilmu pengetahuan perbankan. satpam ilmu letnan .wkwkwk