Metafisika sering disebut sebagai pseudoscience, karena menyelidiki prinsip-prinsip realitas yang melampaui ilmu pengetahuan tertentu. Sedangkan, kosmologi dan ontologi adalah cabang metafisika tradisional. Ini menjelaskan sifat dasar makhluk dan dunia.
Penjelasan itu dekat dengan pseudoscience. Perbedaan antara pseudoscience dengan science adalah: Pseudoscience berupaya membuat klaim ilmiah berdasarkan bukti atau penelitian ilmiah yang buruk, atau tidak sama sekali. Metafisika adalah cabang ilmu filsafat. Maka, pengguna metafisika tidak pernah membuat klaim ilmiah. Karena filsafat adalah ilmu.
Praktisi pseudoscience (antara lain, dukun) sering membuat klaim mereka dalam terminologi metafisika, sehingga mendapatkan aura validitas bagi diri mereka sendiri dari masyarakat, tapi cenderung tidak ilmiah.
Seorang ahli metafisika dapat berubah menjadi pseudoscientist dengan membuat klaim kebenaran atau fakta tentang suatu hal yang secara inheren tidak dapat diuji. Jadi, metafisika dengan pseudoscience beda-beda tipis.
Inti kisah dr Staphanie adalah satu kata: Santet. Sebagian masyarakat percaya, sebagian lain tidak. Ini jadi heboh, karena pengungkapnya dokter ahli forensik, yang mengungkapkan pengalaman ketika bertugas bersama tim.
Seumpama unggahan Stephanie itu bohong, pastinya anggota tim forensik itu bakal protes, setidaknya melontarkan klaim. Dan, bagi Stephanie tidak mungkin mempertaruhkan reputasi kejujuran akademisnya, cuma demi menggaet viewers. Gambling risiko besar untuk hasil yang sangat kecil.
Stephanie seolah mengatakan, santet itu ada. Hasilnya sudah dia lihat. Tapi dia tidak bisa menjelaskan secara medis. Karena, kata Stephanie, itu masuk domain metafisika.
Santet itu tindak kejahatan. Penganiayaan, pembunuhan. Tak terjangkau ilmu hukum, sehingga tidak masuk hukum pidana. Pelakunya pun tidak bisa dipidana.
Maka, benar kata Stephanie: Jangan sok-sok-an, cari musuh. Sebab, kalau disantet, penyantetnya tidak bisa dihukum. (*)
Editor: Sugeng Irawan