Sahabat D-dimer
Pendapat dokter Jeffrey itu juga saya sampaikan ke dokter Ben Chua.
Tapi, saya yang belum bisa menerima pendapat itu. Berbagai upaya terus saya lakukan. Jangan-jangan D-dimer saya itu benar-benar happy hypoxia. Akibat Covid.
Tapi, begitu semua upaya itu gagal, saya pun pasrah. Saya menghubungi kembali dokter Ben Chua. Minggu lalu.
Saya ceritakan bahwa saya baik-baik saja. Tidak punya keluhan. Tidak merasa ada kelainan. Tidak kekurangan suatu apa. Tapi, D-dimer saya tetap tinggi.
"Bagaimana mengatasinya?" tanya saya.
"Kalau ke lab tidak usah periksa D-dimer lagi," jawabnya.
Begitu simpel jalan keluar itu.
Saya memang sering bercanda dengan dokter yang sangat perhatian itu. Ia berpendapat sudah begitu lama saya mengalaminya tanpa ada gangguan apa-apa.
Saya pun tertawa.
Ia juga tertawa.
Saya pun punya sahabat baru: cendol darah di darah saya. (*)
Sumber: