Habis Lebaran Karaoke Buka Lagi

Habis Lebaran Karaoke Buka Lagi

Suara nyanyian pelanggan dan wanita penghibur terdengar nyaring dari depan rumah karaoke itu. Pengeras suaranya beradu satu sama lain.

Ada beberapa lelaki dan perempuan yang berkumpul di setiap rumah karaoke tersebut. Jika ingin masuk, pelanggan harus menemui mereka dulu. Sementara rumah karaokenya ditutup rapat.

Suasana itu akan terus bertahan sampai Ramadan berikutnya. JeHa sudah terbiasa dengan lingkungan itu. Bahkan, dahulu lebih parah.

Kiai, Nu’man pernah kedatangan tamu dari luar kota. Rombongan tidur di JeHa. Salah satunya adalah Dr Amir Maliki Abitolkha, Rektor Universitas Darul Ulum Jombang. “Pak Amir yang sekarang rektor Undar itu sampai sambat. Nggak bisa tidur sampai subuh,” ujar Kiai Nu’man saat ditemui 30 April.

Suasana Lebaran di Putat Jaya Gang IV B, ada tiga rumah karaoke buka saat itu. (Foto: Eko - Di's Way)

Suasananya seperti ada kondangan setiap hari. Cuma warga yang sudah hidup puluhan tahun yang terbiasa dengan situasi itu.

Sudah beberapa kali JeHa lapor ke camat atau pemkot. Cuma belum ada tindakan tegas. Toh, yang beroperasi tinggal satu gang. Jadi, terkesan dibiarkan saja.

Saat kami melintasi gang itu, ternyata ada markas Front Pekerja Lokalisasi (FPL). Inilah komunitas yang terlibat bentrok saat penutupan lokalisasi. Beberapa pentolannya ditahan gara-gara kerusuhan itu.

Ari Saputro alias Pokemon yang memimpin FPL tinggal di markas tersebut. Tempatnya ditandai dengan stiker putih dengan simbol hitam dan merah khas FPL. Stiker itu ditempelkan di jendela berkaca gelap di rumah bercat putih. Lokasinya ada di tengah gang, tak jauh dari lokasi pembangunan Masjid JeHa.

Sebelum lokalisasi ditutup, FPL begitu berjaya, sementara JeHa adalah minoritas. Kini situasinya mulai berbalik. Kekuatan FPL menurun seiring dengan banyaknya wisma yang ditutup. Satu-satunya kekuatan mereka hanya tersisa di Putat Jaya Gang IV B.

Jika FPL melawan pemerintah, kini lawan mereka adalah JeHa. Pesantren yang mereka biarkan ini ternyata berkembang pesat.

Yang dahulu muridnya cuma satu kelas atau 30 santri. Kini sudah berkembang jadi 225 santri.

Pesantren yang dahulu punya satu gedung itu kini telah menguasai 4 aset di gang yang sama. Semuanya eks wisma yang pemiliknya sudah angkat tangan.

Sebentar lagi masjid yang mereka bangun juga akan difungsikan di gang itu. Suara azan lima waktu dan ngaji para santri akan dikumandangkan.

Corong dakwah Masjid JeHa akan head to head dengan sound system milik rumah-rumah karaoke. Siapa yang menang? (*)

Sumber: