Prof Quraish Shihab Sembuh Sakit Jantung, Ini Yang Dikatakan Najwa Shihab

Prof Quraish Shihab Sembuh Sakit Jantung, Ini Yang Dikatakan Najwa Shihab

AMEG - Presenter Najwa Shihab  Minggu (27/6/2021) pukul 20.00 WIB malam  mendadak memposting Abinya, Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A, yang sudah boleh pulang dari  Rumah Sakit (RS) Jantung Jakarta.

"Alhamdulillah Abi sudah kembali ke rumah dan InsyaAllah bisa pulih segera, terimakasih atas semua doa dan perhatian yang menguatkan Abi dan kami sekeluarga," kata Najwa melalui akun IG pribadinya @najwashihab  Minggu (27/6) pukul 20.00 WIB malam.

Tak dijelaskan Abinya habis operasi atau perawatan jantung saja. Namun ia menyebut RS Jantung Jakarta sudah melakukan "tindakan medis" terhadap Abinya.

Dalam foto yang diunggah Najwa, tampak profesor ahli tafsir ini tersenyum di ranjangnya, masih memakai baju hijau dari RS. Di sebelahnya tampak Najwa bermasker dan seorang dokter yang juga bermasker. 

Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc. (MQS) M.A lahir di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan (Sulsel) tanggal 16 Februari 1944. 

Ayah kandung Najwa ini kini berusia umur 77 tahun.

Prof Quraish Shihab mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD)  di Ujung Pandang. 

Lalu ia masuk  SMP di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul-Hadits Al-Faqihiyyah, Malang, Jatim, saat usia 12 tahun.

Pendidikan tingginya  ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar, Cairo, Mesir.

Tahun 1982, Quraish Shihab meraih gelar doktor dari  Al-Azhar Cairo Mesir  mengambil spesialisasi dalam studi tafsir Al-Qur'an. 

Disertasinya berjudul “Nazm ad-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisis terhadap keotentikan Kitab Nazm ad-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat Mumtaz Ma’a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).

Mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998) ini adalah  cendekia muslim dalam hal ilmu Al Qur'an.
Mengutip laman themuslim500.com, Prof Quraish Shihab masuk dalam daftar '500 muslim paling berpengaruh di dunia'. 

Ini karena beliau termasuk akademisi progresif yang mengembangkan ilmu al-Qur'an.(*)

Sumber: