Okupansi RS Rujukan Penuh, Junrejo Bikin Shelter Sendiri

Okupansi RS Rujukan Penuh, Junrejo Bikin Shelter Sendiri

AMEG - Ketersediaan tempat tidur di RS rujukan dan shelter pasien Civid-19 Kota Batu mengkhawatirkan. Kapasitas tempat tidur ICU dan Isolasi di RS rujukan terpantau kritis ketersediannya.

Kepastian itu disampaikan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, Jumat (9/7/21). Tempat tidur ICU di empat RS rujukan terisi penuh. Sedangkan tempat Isolasi di RS rujukan kondisinya terisi 97 persen dari kapasitas 95 tempat tidur. 

"Karena itu masyarakat harus benar-benar menjaga diri. Patuhi peraturan PPKM Darurat, sementara ini mari semua bersabar dan berikhtiar, jangan sampai sakit," pinta Dewanti. 

Di tengah situasi darurat ini, dia telah berkoordinasi dengan RS rujukan untuk penambahan bed. Bahkan dari empat RS, tiga diantaranya sudah bersedia menambah tempat tidur.

Sementara itu, Satgas Covid-19 tengah berusaha meningkatkan kapasitas tempat tidur di RS rujukan. Kini ada salah satu desa di Kota Batu, yakni Junrejo, berinisiatif membuat shelter pasien Covid-19 secara mandiri. 

Kepala Desa Junrejo, Andi Faisal Hasan, menceritakan, asal muasal membuat shelter di desanya. Awalnya ada empat warga Junrejo positif Covid-19, ketika hendak isolasi di shelter maupun RS ditolak. Karena penuh, maka harus isolasi mandiri (isoman). 

"Tapi, ketika kami lihat, rumah mereka tidak memenuhi syarat untuk isoman, karena hanya memiliki dua kamar, tentu membahayakan anggota keluarga lain," terangnya.

Karena itu pihaknya bersama Satgas Covid-19 tingkat desa berinisiatif membuat shelter mandiri, berjaga-jaga ketika ada pasien Covid-19 tertolak dan rumahnya tidak memenuhi syarat. 

Shelter mandiri itu pihaknya juga berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 kota, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan Dinas Sosial.

"Pengadaan shelter mandiri menggunakan anggaran APBDes. Dialokasikan untuk membeli konsumsi pasien Covid-19 dan sejumlah kebutuhan lain. Sedangkan untuk tenaga kesehatan dibantu Dinas Kesehatan," terangnya.

Untuk tempat tidur pinjam dari BPBD Kota Batu sebanyak 10 unit. Shelter ada di SMP Diponegoro, fasilitasnya memadai, mulai kamar mandi hingga sarana lainnya. 

"Tapi belum memiliki oksigen. Padahal sangat dibutuhkan. Shelter ini juga tidak menerima pasien komorbid, karena belum ada dokter yang mendampingi 24 jam," ujarnya.

Shelter ini memiliki kapasitas tempat tidur untuk 10 orang, memanfaatkan dua ruang kelas. Di setiap kelas dilengkapi televisi dan sound sistem yang bisa dimanfaatkan untuk membuang penat. 

"Saat ini shelter itu masing kosong. Sebenarnya ada satu warga, tapi dia tidak berani menempati sendirian, padahal di sana ada petugas yang berjaga selama 24 jam," ujarnya.

Sumber: