Loper Koran Yang Kini Menjadi Raja Minyak
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Ketika terjadi krisis moneter tahun 1997, banyak perusahaan besar gulung tikar, Martua justru mampu memberikan tunjangan krisis sebesar 2,5 persen kepada karyawannya.
Pada tahun 1991 mereka sudah memiliki 7100 hektar perkebunan kelapa sawit dan berhasil membangun pabrik kilang minyak pertamanya.
Perusahaan kemudian berkembang menjadi salah satu perusahaan agrobisnis terbesar di Asia yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Mulai dari budidaya dan penggilingan kelapa sawit dan tebu, hingga pemrosesan, branding dan distribusi berbagai produk makanan konsumen.
Di Indonesia Wilmar memiliki 48 perusahaan operasional PT Multimas Nabati Asahan yang memproduksi minyak goreng bermerek Sania dan Fortune.
Wilmar juga memiliki lebih dari 500 pabrik produk sawit di 33 negara yaitu di Indonesia, Malaysia, Tiongkok, India, hingga Eropa.
Wilmar juga mengekspor produknya ke lebih dari 50 negara dengan sekitar 100.000 orang tenaga kerja internasional.
Pada Agustus 2006, Wilmar International tercatat di Bursa Efek Singapura dengan kapitalisasi pasar mencapai 2 miliar dolar AS.
Pada tahun 2020, kapitalisasi pasar Wilmar sudah mencapai 3.23 miliar dolar AS dengan total aset $51.02 miliar dolar AS.
Total pendapatannya mencapai 50.53 miliar dolar AS, laba bersih senilai 1.53 miliar dolar AS.
Kini, Wilmar bukan hanya menjadi perusahaan penghasil minyak sawit dunia, tetapi juga menduduki peringkat ke-285 dalam daftar Fortune Global 500 pada tahun 2020.
Si Raja Minyak Sawit Indonesia versi Majalah Forbes ini, pada Juli 2018 terpaksa turun dari jajaran dewan direksi Wilmar karena Greenpeace menuduh Wilmar dan sister company-nya, Gama Corp, memangkas ribuan hektare hutan untuk perkebunan sawit.
Sekarang dirinya lebih berfokus untuk mengembangkan bisnis propertinya melalui Gama Corporation.
Gama Land menggandeng Marriott international untuk mengelola hotel dengan bendera The Westin.
Gamaland kini memiliki sejumlah portofolio properti yang tersebar di Jakarta, Bandung, Bekasi, Cilegon, Medan, Kubu Raya, Bali, hingga Pekanbaru. (*)
Sumber: