01 01 2022

01 01 2022

BEGITU besar harapan kita pada tahun baru 2022.

Apalagi setelah mendengar pidato Presiden Jokowi di depan Kompas100 menjelang tutup tahun 2021. Kompas100 adalah indeks harian Kompas untuk saham 100 emiten di pasar modal Jakarta, BEJ.

Begitu besar optimisme Presiden Jokowi. Kita ikut optimistis. Semangat kita ikut terpompa. Seperti juga dulu. Ketika optimisme itu dipompa oleh pidato beliau di pasar modal: bahwa ekonomi kita akan meroket.

Kali ini Presiden Jokowi menyebut tiga proyek baru. Semuanya raksasa, prestisius. Dan bisa memuaskan emosi kita –yang sudah lama geregetan.

Misalnya soal pembangunan rumah sakit internasional di Bali. Yang ground breaking-nya dilakukan Presiden dua hari lalu. Itu bisa menjawab kegundahan nasional: mengapa jutaan rakyat Indonesia berobat ke luar negeri. Ikut menghabiskan devisa negara.

Itu terjawab sekarang: tidak perlu lagi ke Singapura. Atau ke Penang. Cukup ke Bali saja. Akan ada rumah sakit internasional seluas 41 hektare di Bali. Sambil rekreasi.

Tentu urusan rumah sakit bukan hanya soal bangunan fisik. Yang penting juga teknologi. Dan yang lebih penting lagi: kehebatan dokternya, perawatnya, pelayanannya.

Saya tentu ikut rombongan yang gembira. Apalagi kalau sudah tahu rencana detailnya: spesialisasi sakit apa saja yang akan diunggulkan. Jantung dan pembuluh darah. Stroke dan brain. Pencernaan dan usus. Kecantikan dan restorasi. Stem Cell dan Cell Cure. Diabetes dan ikutannya. Dan apa lagi. Atau hanya sebagiannya?

Pekerjaan berat lain: bagaimana cara merekrut dokter ahli tingkat dunia agar mau menetap di Bali. Sekarang ini, banyak pasien ikut saja dokternya. Di mana ada dokter hebat, ke RS itu pasien akan pergi. Dokternya pindah RS, pasien ikut pindah pula.

Sekarang ini, sebenarnya, sudah banyak RS yang hebat-hebat. Banyak pula dokter yang luar biasa. Tapi membuat RS terhebat di Bali memang masuk akal. Apalagi, selama ini, banyak yang iri atas majunya wisata pengobatan di Singapura maupun di Penang, Malaysia.

Setidaknya pemerintah sudah memberikan muara pada emosi kita. Soal bagaimana menjadikannya bermutu kita lihat empat-lima tahun lagi.

Tapi mungkin juga tidak perlu risau. Pemerintah punya cara pintas untuk mengatasi semua itu: mengandalkan nama besar nomor 1 di dunia: Mayo Clinic, Amerika Serikat. Dengan nama Mayo orang tidak perlu lagi bertanya: siapa dokternya. Mayolah yang jadi jaminannya.

Anda sudah tahu: Mayo Clinic memiliki center of excellence berkelas dunia. Terutama untuk penanganan kesehatan yang kompleks dan serius, termasuk penyakit kanker. Presiden SBY, sukses menjalani operasi kanker prostatnya di Mayo Clinic. Bulan lalu.

Tidak hanya di pengobatan. Juga di bidang medical check-up. Bahkan di Mayo ada penanganan pasien dengan pendekatan whole person care: melihat pasien secara utuh dari fisik, pikiran, kejiwaan.

Sumber: