Malam Kepahiang
OKU kini harus berpacu dengan waktu. Agar status "terisolasinya" segera teratasi. Sekarang Baturaja baru bisa dicapai 6 jam dari Lampung. Atau 4 jam, dari Palembang.
Untuk mengatasinya, OKU harus membuat keputusan: mau membuka akses lewat mana. Lewat tol Lampung-Palembang? Atau akan menembus ke jalan tol Palembang-Prabumulih-Muara Enim-Bengkulu yang sedang dikerjakan?
Emosi OKU tentu ke jalur Prabumulih itu. Agar lebih dekat ke Palembang dan wilayah Sumsel lainnya. Tapi saya melihat lain: membuka akses ke jalan tol Lampung-Palembang akan lebih membawa kemajuan bagi OKU ke depan.
Tol Lampung-Palembang itu mau tidak mau menambah nilai strategis Lampung bagi beberapa wilayah di Sumsel. Termasuk bagi OKU dan OKU Timur.
Kalau dibuatkan akses ke tol Lampung-Palembang maka Baturaja-Lampung bisa ditempuh dalam 4 jam. Dengan tol itu orientasi masa depan ekonomi OKU dan OKU Timur akan lebih ke Lampung daripada ke Palembang.
Lampung memiliki pelabuhan alam yang sangat bagus. Dengan kedalaman laut yang sangat cukup. Pelabuhannya juga berada di teluk yang terlindung pulau kecil di depannya. Alam seperti itu tidak dimiliki Palembang.
Baturaja punya potensi ekspor yang besar. Hasil karetnya luar biasa. Kelapa sawitnya menyusul. Pabrik semen di Baturaja sudah meningkatkan produksinya menjadi 4 juta ton/tahun.
OKU kabupaten yang sangat besar –perlu jalan keluar yang besar pula.
Orientasi masa depan ekonomi OKU menjadi ke arah Lampung, itu memang kurang memuaskan ego lokal. Solidaritas sesama Sumsel-nya bisa terganggu. Tapi itu bukan salah OKU. Itu karena ada jalan tol –yang membuat jarak OKU ke pelabuhan besar di Lampung menjadi lebih dekat.
Tadi malam saya sampai Lubuk Linggau. Jalan dari Baturaja ke Linggau kian ''berat'': 7 jam. Hanya sekali berhenti untuk isi bensin. Saya melewati Kabupaten Muara Enim, Empat Lawang, dan Musi Rawas.
Banyak pembangunan di situ. Empat Lawang lagi membangun ibu kota di Tebing Tinggi. Musi Rawas juga membangun ibu kota barunya. Lubuk Linggau kini menjadi kota utuh –tanpa menjadi ibu kota Musi Rawas lagi.
Musi Rawas ini juga harus dicatat di Disway –sebagai kabupaten yang bupati dan wakilnya wanita. Ir Ratna Mahmud berpasangan dengan Suwarti. Saya tidak tahu apakah ada kabupaten lain yang dipimpin wanita-wanita.
Saat tulisan ini saya buat, malam sudah larut: 22.30. Kendaraan baru saja meninggalkan kota Curup. Maka tulisan ini harus diakhiri. Sebentar lagi harus melewati Kepahiang. Yang jalannya sangat berliku –yang kalau sambil menulis bisa mabuk Kepahiang.
Saya lirik sebentar perkembangan di Ukraina. Konvoi militer Rusia bergerak lagi: kian mendekati ibu kota Ukraina, Kiev. Sudah seminggu konvoi sepanjang 60 km itu berhenti di luar kota Kiev. Berhenti di situ. Ada yang bilang untuk konsolidasi. Ada yang bilang kekurangan logistik.
Menjelang kelokan-kelokan Kepahiang hujan turun. Jalan menuju Bengkulu kian gelap. Berarti dua jam lagi belum tentu bisa tiba di Bengkulu.
Sumber: