Wali Kota Galina
Tanah di keranjang dan air di kendi menyatu semua gubernur se Indonesia, minyak goreng dan kedelai memisahkan rakyat dari mereka.
Sin
setuju paragraf terakhir jadi pemimpin apalagi presiden memang perlu belajar dari alat Vital.. ini jelas keahlian dari Bli Leong Putu..
- akan sangat keras untuk mencapai tujuan, tapi ada saatnya pula mampu menahan diri
- Tidak menonjolkan diri tapi tampil paling depan saat dibutuhkan
- Bisa melahirkan generasi penerus yang berkualitas
- Walaupun menyerang tapi tetap memberikan kenikmatan kepada lawan
- Gesekan yang timbul saat melaksanakan tugas dan kewajiban, sebanyak apapun..tetap membahagiakan semua pihak
- saat tujuan tercapai, kembali mengecilkan diri dan tidak sombong bagaimana caranya biar bisa tahan lama sampai 3 periode..bli Leong punya solusi nya..wkwkwk
Tunk B
tetangga saya namanya Luswanto. Setelah berkelana, ketika pulang minta dipanggil Lussy…
Amat Kaselanovic
Teman saya, namanya Juhairi. Biar keren dipanggil "Jo". Ada juga, namanya Munawarah. Panggilannya "Mona".
Muliyanto
teman saya di desa punya nama asli Sumarsono tapi pingin keren minta dipanggil cak Mars. #kesamaan nama cuma kebetulan saja#
Mbah Mars
Teman saya namanya Mardiono. Biar keren minta dipanggil Dion. Wkwkwk
Mbah Mars
Nama Bambang di era 50 an sampai 70an di Jogja memang beken. Sebeken nama Edi, Joko, Budi dan Agus. Kalau perempuan yg kondang Endang, Yayuk, Titik, Sri. Nama-nama tersebut biasanya dipakai anak-anak yg orangtuanya berprofesi sebagai pegawai yg bergaji tetap bulanan. Istilahnya anak2 keluarga priyayi. Biasanya ada nama terusannya seperti Bambang Susantono, Joko Widodo, Sri Mulyani, Yayuk Basuki, Edi Wuryanto dsb. Kalau anak-anak petani biasanya namanya jika laki-laki menggunakan akhiran "di", "jan" "no" , "mo", "min", "ran" ," jo" dan "man" Contoh: Paidi, Paijan, Paino, Paimo, Paimin, Pairan, Paijo dan Paiman. Kalau wanita berakhiran "nem", "kem", "yem", "nah", "jah", "rah", "lah", "ni". Contoh namanya: Painem, Paikem, Paiyem, Painah, Paijah, Pairah, Pailah dan Paini. Nama2 yg hanya terdiri dari satu kata saja. Pendek. Harus nambah dua kata jika membuat paspor. Kini, nama2 di Jogja benar2 sudah tidak mencerminkan anak orang Jawa. Tetangga saya yg lahir saat gempa 2006 dinamakan Salsa Dewi Tektonia. Yg laki2 ada yg diberi nama Muhammad Resonansi. Sebelum era internet, saya sering dimintai tolong memberi nama anak2 kampung saya serta teman2 saya. Sekarang jarang sekali, karena ayah dan ibu bayi sudah bisa memberi nama sendiri dengan mengambilnya dari internet. Ternyata saya adalah korban era disrupsi. Wis ra payu bikin nama.
Gambit H-1982
Catatan Editorial: # 50 Km = Typo, sudah betul ejaan setelahnya: "30 km". # "Danah Dendam Tak Sudah" = Tak ada info tambahan, lalu untuk apa tanda petik penekanannya? # Gubernur XX--Nama YY--(koma/tanpa koma)-- Predikat = Tampak tak konsisten. Opsi kesatu: kaidah keterangan aposisi, apit "jabatan" dan "pejabat"-nya dengan "koma".
Opsi kedua: abaikan kaidah, langsungkan dua Subjek dengan Predikat-nya, tanpa "koma". # dari sumur Masjid tertua = Huruf "m"-nya tak perlu kapital. # di Gowa: Masjid Tua Katangka di Gowa. = Repetisi "di Gowa" mubazir, hapus saja. # sungai Kayan = Nama diri, penyertanya ikut dibesarkan. Semisal "dataran tinggi Kayan", "kerajaan Majapahit", "sumpah Palapa", "gunung Rinjani", "kabupaten Kutai", dan "wakil Menteri PUPR". # perbatasan dengan Serawak. = Baiknya ditambah "Malaysia", sebagai penegas batas wilayah dua negara. # IKN = Singkatan "Ibu Kota Negara", yang baru, bukan Jakarta. # exit = Padanannya "jalan keluar". Yakni pintu atau gerbang keluar dari jalan bebas hambatan (baca: jalan tol). # Presiden SBY = Sapaan akrab Suliso Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 Indonesia. Demikian. Salam Senin. Kerja-kerja-kerja.
Sumber: