Kerangkeng Langkat Dikaitkan Ikan Busuk

Kerangkeng Langkat Dikaitkan Ikan Busuk

Sebaliknya, Edwin Partogi membandingkan perkara hukum itu, dengan perkara hukum yang lain. Begini:

"Kasus penipuan, yang tidak menyebabkan orang luka, atau sakit jiwa, atau tewas, tersangka ditahan. Kok, ini kekerasan sampai mencabut nyawa, memutuskan jari tangan, tidak ditahan? Apakah ini standar Polri yang baru sejak Presisi?"

Edwin tidak membandingkan kasus penipuan itu sebagai kasus Binomo, yang kini ditangani Polri. Tidak. Tapi, ini kritik paling keras pihak LPSK terhadap Polri. Dinyatakan terbuka kepada pers. Tertuju ke Polda Sumatera Utara.

Temuan kerangkeng manusia berjeruji besi itu bermula dari penggerebekan Tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumah Bupati Langkat, Terbit Rencana Parangin Angin. Terbit dikejar Tim KPK, atas kasus korupsi. Terbit sudah ditangkap, jadi tersangka, ditahan KPK.

Saat penggerebekan itulah Tim KPK menemukan ada dua kerangkeng manusia di rumah tersebut. Berisi manusia. Penghuni kerangkeng ternyata pegawai kebun sawit milik Terbit.

Rabu, 26 Januari 2022, Plt Juru Bicara KPK, Ali Fikri menerangkan kepada pers, KPK fokus menangani kasus korupsi Terbit. Hanya kebetulan, menemukan kerangkeng manusia di situ.

Ali Fikri: "Karena, itu (kerangkeng manusia) bukan bagian dari perkara yang kami selidiki. Soal itu (kerangkeng) dikoordinasikan dan menjadi kewenangan kepolisian."

Soal kerangkeng, kemudian diusut polisi.

Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan kepada pers menjelaskan, kerangkeng manusia di rumah Terbit, awalnya digunakan sebagai tempat rehabilitasi narkoba. Itu sesuai keterangan penjaga kerangkeng.

Kemudian, jadi penampungan pegawai kebun sawit milik Terbit di sekitar situ.

Dari catatan penjaga kerangkeng, ada 48 orang tinggal di kerangkeng. Namun waktu diselidiki polisi ditemukan 30 orang penghuni dua kerangkeng. Masing-masing kerangkeng ukuran sekitar 3 X 5 meter di belakang rumah Terbit.

Sejak itu heboh. Kemudian kasusnya ditangani Polda Sumut.

Ternyata ada lima oknum polisi yang diduga terlibat soal kerangkeng. Lima oknum polisi dari Polda Sumut itu sudah diperiksa oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Lima oknum polisi, yakni Aiptu RS, Bripda ES, Briptu YS, AKP HS, dan Bripka NS. Mereka punya peran di kerangkeng manusia. Termasuk menganiaya penghuni kerangkeng.

Tapi, keterlibatan lima oknum itu sudah dibantah Polda Sumut, begini:

Sumber: