Money Heist Ngefek Perampok Cilandak
The New York Times juga menyajikan kontra di naskah tersebut. Menampilkan Craig Anderson, psikolog dan direktur Pusat Studi Kekerasan di Iowa State University, AS.
Anderson: "Ada ratusan penelitian yang dilakukan oleh banyak kelompok penelitian di seluruh dunia. Menunjukkan bahwa paparan kekerasan media, termasuk film, meningkatkan perilaku agresif orang."
Dilanjut: "Orang-orang belajar dari setiap pengalaman dalam hidup. Dan pembelajaran itu terjadi pada tingkat yang sangat dasar dari fungsi otak."
Perdebatan di kalangan ilmuwan sudah biasa. Meskipun dasarnya sama-sama hasil riset. Mereka tidak mempertajam perbedaan pendapat itu dengan ujaran kebencian. Sama sekali tidak.
Perbedaan pendapat itu bisa menimbulkan penelitian baru. Dalam keilmuan, tesa memang harus dilawan antitesa. Agar menghasilkan sintesa. Dan, sintesa merupakan tesa baru, yang bakal dilawan antitesa. Siklus itu bertujuan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia.
Persoalannya, BS berusia 43. Dengan posisi pekerjaan (awal) seperti itu. Sedangkan, kata Prof Dahl, film hanya bisa berpengaruh terhadap remaja. Itu pun hanya asumsi Dahl. Tanpa bukti empiris penunjang.
Kombes Budhi: "Tersangka juga mengaku, ia punya utang Rp1,5 miliar yang jatuh tempo Jumat, 8 April 2022."
Kayaknya, BS merampok bukan akibat menonton Money Heist. Bisa jadi karena 'gelap mata'. (*)
Sumber: