Gunung Wukir!

Gunung Wukir!

 

Menurut seorang sahabat saya yang beragama Hindu dan tahu banyak tentang sejarah masa lalu, Kerajaan Medang memang bersahabat dengan Kerajaan Kanjuruhan, yang merupakan cikal bakal Kerajaan Singhasari, Ken Arok.

 

Ada lontar (tulisan pada daun lontar) tak bernama yang mengisahkan Gunung Wukir, kata sahabat saya itu. Tulisan di lontar itu berbunyi; Wukir tan hono memayung jagat paran wetan, kanahurup saduli duli angalungker anengen awelas cacahne, aduli duli saka kilen. Whang Medang abarangkat akanuruhan, sakenong kenong rindik rolas cacahne agawe pengileng drung manungso

 

Foto: istimewa

 

Artinya: Wukir ada yang memayungi/melindungi daerah di timur, yang menghidupkan kembali sisa-sisa dan cita-cita. Berjalannya ke atas dari arah kanan, memutar 12 putaran jumlahnya. Berjalan berduyun-duyun berangkat dari Medang untuk mengungsi. Kerajaan Medang hancur karena bencana, diterima oleh perwakilan keluarga dari Kanjuruhan, yang selanjutnya mereka membuat tempat-tempat sembahyang di Wukir. Tempat sembahyang pertama yang dibuat adalah berbentuk gamelan kenong dan rindik, yang dimaksudkan sebagai pengingat bahwa mereka datang ke timur karena bencana yang disimboliskan dari suara gaduh alat-alat gamelan.

 

Gunung Wukir, setidaknya membuktikan bahwa Kota Wisata Batu memiliki sejarah kuno peradaban budaya leluhur yang harus dijaga dan dihormati. Oleh masyarakat sekitar pada masa itu, Gunung Wukir dianggap suci, sebagaimana mereka meganggap suci Kali Brantas. Gunung Wukir konon dipercaya sebagai irisan puncak Gunung Arjuno, yang dipindahkan oleh Semar ke tempatnya yang sekarang.

 

Gunung Wukir simbol keguyupan, solidaritas, seduluran, gotong royong, terbuka, untuk siapa saja.
¬
Semarang, 21 April 2022, Sahabat ER¬

Sumber: