OTT Bupati Adik-kakak masuk Teori CMDA

OTT Bupati Adik-kakak masuk Teori CMDA

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Bahwa monopoli dan diskresi, sudah pasti dimiliki pejabat pemerintahan. Baik di pusat maupun daerah. Unsur akuntabilitas itulah yang jadi item penting dalam pemberantasan korupsi.

Jika unsur akuntabilitas lemah, berdasar Klitgaard, pasti terjadi korupsi. Kalau sudah terjadi, maka penjaga di lapis terakhir adalah KPK.

Merujuk teori Klitgaard, bisa dipastikan KPK selama ini kewalahan menjadi penjaga lapis terakhir. Tapi, senjata KPK yang menakutkan itu: OTT, rupanya sangat ampuh. Demi menimbulkan efek jera.

Terbukti, banyak pihak berkali-kali berupaya keras, agar OTT KPK ditiadakan. Yang ternyata, sampai sekarang OTT tetap ada.

Efek jera OTT sesungguhnya hanya membuat malu pelaku, sesaat saja. Tidak lama. Hanya pada hari OTT dan beberapa hari setelahnya. Setelah itu masyarakat lupa.

Alat efek jera lainnya adalah lama masa hukuman koruptor. Yang, bisa Anda hitung sendiri dari uraian di atas. Cuma dua kali Lebaran. (*)

Sumber: