Waspada, Pria Sejati Tembus Diperkosa

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Cohen juga menyatakan, pria sejati tidak mungkin diperkosa, juga salah paham. Artinya, pria sejati jika diintimidasi oleh pria yang lebih sejati, bisa saja terjadi perkosaan.
Kata 'lebih sejati' bisa berarti lebih kuat. Lebih banyak jumlahnya dibanding orang yang diperkosa (dikeroyok). Arau, pemerkosa sendirian tapi membawa senjata, mengancam korban tak bersenjata.
Terakhir, anggapan umum bahwa hanya pria homoseksual yang diperkosa, ini juga salah paham. Artinya, pria heteroseksual juga bisa diperkosa. Modusnya, sama dengan "teori pria sejati". Bahwa pelaku bersenjata.
PUR di Garut, belum diungkap polisi, apakah ia bersenjata saat memperkosa dua kakek itu. Belum diungkap. Tapi dari segi usia antara pelaku-korban, bisa saja PUR tidak bersenjata.
Dikutip dari jurnal ilmiah, American Journal of Men's Health, terbitan 28 Nov 2019, memaparkan hasil riset perkosaan oleh pria terhadap pria.
Lokasi riset di Afrika Selatan, yang dijuluki sebagai “ibukota pemerkosaan dunia” (Gordon & Collins, 2013 and Human Rights Watch, 2010). Waktu penelitian awal 2019.
Lokasi persisnya di Thuthuzela Care Centre (TCC) di Kota Metropolitan Tshwane, Provinsi Gauteng, Afrika Selatan.
Metode riset: Kualitatif, interpretative phenomenological analysis (IPA). Digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Jumlah respoden 11 orang (disebut partisipan, karena respoden sukarela dan sesuai etik riset). Tekniknya wawancara individu semi terstruktur.
Riset ini disusun dalam buku setebal bantal. Sangat rinci. Intinya, semua korban dalam intimidasi pelaku. Baik dari segi kekuatan fisik (man to man), jumlah pelaku (keroyok), Atau pelaku bersenjata, sedangkan korban tidak bersenjata.
Dari 11 responden, satu yang mendeskripsikan proses ia diperkosa. Secara detil. Karena, itu adalah riset ilmiah. Sehingga harus rinci.
Korban, pria remaja bernama Luyanda. Menceritakan kepada peneliti, begini:
"Saya mengatakan kepada pelaku, bahwa saya tidak menyukai apa yang akan ia lakukan kepada saya. Saya memohon dibebaskan. Pada saat itulah ia mengeluarkan palu besi. Lalu ia menyuruh saya menanggalkan pakaian saya."
Dilanjut: "Saya melakukan seperti yang diperintahkan. Ia kemudian mengoleskan sesuatu, seperti gel, pada penisnya. Lantas ke anus saya."
Dilanjut: "Kemudian terjadilah itu. Saya menangis, tetapi saya tidak bisa membuat suara. Karena saya takut dengan palu di tangannya."
Dilanjut: "Sebab, selama kejadian berlangsung, ia terus mengatakan, bahwa jika saya menolaknya, atau mencoba membuat keributan, dia memukulkan palu di belakang kepala saya."
Sumber: