BBM 303

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Ingat Ahok jadi ingat keponakan yg tinggal di DKI saat Pilkada 2017, dia alumni ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Dia pendukung Jokowi di pilpres 2014 sekaligus pendukung Ahok di Pilgub DKI 2017, sangat militan. Eh ndilalah setelah nonton sidang Ahok yg menghadirkan KH Ma'ruf Amin sebagai saksi & disitu si Ahok marah ke KH Ma'ruf Amin sambil tangannya menunjuk ke beliau, sontak keponakan saya & banyak kalangan NU yg emoh mendukung Ahok. Jadi, salah alamat kalo Ahoker menjadikan Buni Yani sebagai lawan. Betewe, terimakasih Pak KH Ma'ruf Amin
Mirza Mirwan
Sebelum subuh, saya sudah menduga bahwa CHD hari ini akan banjir komentar -- meski banjirnya tak seperti zaman Disway App dulu. Dan ternyata benar. Sepulang Jumatan dari luar kota, dan makan siang, sudah ada 130-an komentar. Saya coba membaca belasan di antaranya. Kebanyakan sangat obyektif, tanpa mendasarkan pada faktor primordial. Atau prasangka. Harusnya memang begitu. Dan baru sekarang saya tahu, ternyata yang beberapa hari terakhir menggunakan nama EVMF adalah Bung Liang Yang An. Itu terlihat dari profile yang berupa silhuete orang memainkan biola. Entah apa kepanjangan EVMF itu. Mungkin "Enjoy Violin Makes Fine" wkwkwkwk. Menikmati biola akan membuat segalanya baik-baik saja -- setidaknya begitulah yang terjadi pada saya.
Bahtiar HS
Hari ini Abah menampilkan sosok BTP. -- setelah kemarin Pak Laks Entah mengapa, saya jadi teringat pesan guru saya sangu hidup bermasyarakat, yakni: Nyenengna uwong Nguwongna uwong Nggatekna uwong Ora nggelakna uwong Gampang diucapke, angel lakonane.
Johannes Kitono
Kursus kepemimpinan model " Lemhanas BTP " yang pesertanya terbuka untuk kader partai mana saja pasti menarik. Kalau dosennya selain Ahok juga perlu perlu ada : Surya Paloh , Prabowo Subianto, Airlangga Hartato, Megawati, SBY, Dahlan Iskan dan last but not least Anies Baswedan. Biar para kader bisa diskusi terbuka dan memilih model Pemimpin mana yang cocok buat NKRI.
daeng romli
Setelah membaca hampir semua komen dr "masyarakat disway", Rata2 mereka suka dgn BTP / Ahok. Dari sisi profesianal, integritas, dll. Tapi sisi yg tdk disukai adalah dr sisi pribadi Ahok yg ceplas ceplos, kadang mengumpat bahkan ada yg tdk suka krn kawin lagi setelah cerai dgn istri pertama…hehehe. Yg perlu diingat masih ada pejabat lain yg seperti itu, maksud saya yg ngomongnya ceplas ceplos tp malah karirnya naik….mosok lali karo Bu Risma ex Walikota Suroboyo, kurang keras tah nek lagi ngamuk katek nuding2 sisan….tp aneh nya yo tetep moncer karirnya. Iki paling sesok ditulis Abah DI….(ngarep2)…
balagak nia
sambo itu pegang banyak kartu truf, kasus ahok (diripitdum bareskrim polri), chat cabul hrs, km 50, joko chandra, kebakaran gd kejagung, judi, narkoba…yakin semuanya direkayasa….sambo mencoba peruntungan lagi di kasus brigadir j, ternyata skenario rekayasanya mbleset, dia berharap sesuai skenarionya krn memegang banyak kartu truf…..YG DIATAS membuka bobrok sambo (polri), sekarang tinggal menunggu apakah sambo mau membuka itu semua & taruhannya nyawa…
Budi Utomo
Konon Jokowi langsung memanggil Ahok ke istana untuk dimarahi. Karena NU sangat strategis secara politik. Konon lho ya. Dan di institusi agama maupun politik selalu ada yang beraliran Konservatif dan Liberal. MA termasuk yang konservatif. Gus Dur termasuk yang Liberal. Kalau Gus Dur masih hidup waktu kasus Ahok pasti bakal rame. Gus Dur pasti membela Ahok bakal berhadapan dengan MA. Jangan lupa Gus Dur berkampanye mendukung Ahok waktu di Belitung.
Johan
Ahok memang fenomenal sih. Sampai media TV dari Tiongkok (CCTV 4) pun datang mewawancarainya secara ekslusif, sewaktu dia masih menjabat di DKI Jakarta. Bahasa Mandarinnya tidak terlalu bagus, tapi pede aja ngomongnya. Seorang Chinese overseas sampai menarik perhatian dari negara leluhur, tentunya bukan orang kelas keroco. Mungkin kalau Ahok berniat pindah warga negara, akan diterima dengan tangan terbuka. Tapiii… (saya benci mengatakan ini. Mengingatkan sebuah ungkapan yang saya lupa berasal dari mana : "Everything after the word “but” is bullshit, and essentially makes everything before “but” meaningless." Jadi sudah lah tidak usah saya teruskan).
Sumber: