Amplop Suharso

Amplop Suharso

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Liam Then

Jika di sensus, juga di teliti. Perihal kenaikan harga BBM bersubsidi. Terkait pemahaman kenapa harus naik, saya yakin, mayoritas populasi dapat mengerti. Tetapi jika di sensus lagi, alasan orang marah dengan kenaikan BBM bersubsidi. Yakin saya ,ada persentase besar ,alasan kemarahan. Karena pemerintah, dari pusat sampai daerah, dari DPR sampai DPRD II gagal proyeksikan pola hidup hemat dan penggunaan anggaran tepat guna. Sudah jamak ,dan banyak di berita, laporan kekayaan, tentang ajudan-ajudan, tentang staf-staf ahlinya ahli badan-badan bentukan ekstra lainnya.Salah satu gubernur daerah Istimewa tercatat menunjuk puluhan pemikir unggul sebagai anggota suatu think tank untuk mendukung kebijakannya ,memajukan daerah. Pemerintah pusat dengan proyek-proyek ambisius dan prestisius. Di daerah saya, pemda tak dana untuk proyek jembatan duplikasi 267 milyar , sehingga harus antre tahunan di PUPR. Bikin ribuan orang terkena macet saban petang, setiap hari,sampai sekarang. Tak mampu bangun jembatan dengan 267 milyar, dengan APBD. Tapi mampu bangun trotoar mewah jalan protokol, senilai 54 milyar. Berkunang-kunang saya memikirkan sebenarnya skala prioritas dan njelimetnya aturan kepemerintahan, terkait pembangunan fasilitas publik. Bisa jadi, alasannya, pemda tak wewenang untuk bangun jembatan duplikasi, itu ranah nya PUPR, pusat. Entahlah. Banyak yang melanggar norma logika, di republik kesayangan saya ini.

Tao Lie

Setahu SPBU VIVO di Tangerang juga ada dekat perumahan Modern.

Liam Then

Di kota saya yang ibukota provinsi, tak punya motor,atau mobil. Istilahnya "patah kaki". Kemana-mana susah. Karena tak ada sistem transportasi umum yang bekerja. Mau naik sampan ,parit sudah dangkal, sempit. Jangankan sampan, ikan saja sudah ogah tinggal di situ. Jadi yah… begitulah. Di Negara maju, master plan pengembangan wilayah dan transportasi , cara orang berpindah, semuanya di serahkan kepada ahlinya. Tujuan nya supaya lancar, rapi aman,tidak macet,efisien,indah,nyaman dan sebagainya. Ahlinya harus yang mantab, world class. Tak gengsi jika harus sampai sewa orang luar. Di negara berkembang yang koruptif, master plan pengembangan wilayah kota, transportasi,semuanya di serahkan kepada ORANG SENDIRI. Hasilnya ? Mohon maklum, ala kadarnya. Di negara gagal , lain lagi, master olan pengembangan wilayah dan transportasi. Diserahkan kepada Alam dan Yang Maha Kuasa. Mari bersama-sama berdoa dengan takjim, supaya level kepemimpinan di negara kesayangan kita ,tak sampai ke level yang terakhir diatas.

Agus Suryono

SAMA SAJA.. Beli Pertalite Rp 20.000, atau beli 2 liter, harusnya sama saja. Karena yang menghitung KONVERSI, dari RUPIAH ke LITER, dan atau LITER ke RUPIAH adalah CPU. Bukan OPERATOR atau petugas SPBU. Bahkan saat PENYALURAN BBM ke tangki, yang MENTRIGER on/off sampai sesuai kemauan PEMBELI adalah juga CPU. Jadi, pilihan 1 atau 2, keduanya SAMA SAJA..

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Sumber: