Kanjuruhan Mangindaan

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Pryadi Satriana
Mari gunakan nalar & bicara FAKTA. 1. Polisi sdh minta diadakan sore. Ditolak. Dan mau (ditolak), padahal polisi yg menjaga keamanan. Artinya: polisi bisa tetap menolak dg alasan keamanan, dan tidak memberi izin. Kok mau? Apa dapat "amplop"? Yg jelas, dg memberi izin, POLISI HARUS BERTANGGUNG JAWAB KEAMANAN ACARA PERTANDINGAN TSB. HARUS!!! 2. Ada yg bilang penggunaan gas airmata itu sudah sesuai SOP. MANA SOP-nya? Robek & bakar! FIFA itu organisasi internasional, kalau mau tetap jadi anggota FIFA ya HARUS MENGIKUTI ATURAN FIFA. Ndhak bisa bilang "Polisi punya SOP sendiri." Geblek itu! Ke-geblek-an semacam itu yg membuat lebih seratus orang kehilangan nyawa! Jangan bilang itu 'takdir'. Kita punya 'pilihan bebas'. Polisi punya pilihan: menggunakan gas airmata atau tidak di stadion. Aturan FIFA jelas: pengamanan di stadion TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN GAS AIRMATA! Ikuti itu! Jangan bilang punya SOP sendiri. Jangan arogan! 3. Tidak ada jatah utk supporter Persebaya. Tidak ada kerusuhan antar supporter! Seperti dikatakan seorang Aremania yg masuk lapangan, itu bentuk "protes": Kok kalah? Kami kecewa. Lain kali lebih baik ya? Itu bentuk kecintaan supporter. Malah ada yg merangkul kiper. Lha kok dipentung? Kok digebuk? Kok ditendang? Kejam … 4. Ndhak usah cari2 alasan. Masalah utama pada pengamanan yg salah. Kapolri harus mengusut tuntas & memberi penyelesaian yang adil. Jangan remehkan nyawa Aremania saudara2 kami, mereka bagian dari Indonesia. Selamat bertugas, Pak Kapolri. Salam.
Fajar Priokusumo
Banyak ucapan dukacita. Banyak saran, banyak kritik. Tapi yang jelas, tidak ada yang lebih menyenangkan daripada nonton bola di stadion. Stadion manapun. Pak Dahlan pernah kabur dari rawatan rumah sakit buat datang ke Tambaksari. Saya pernah hampir kena gigit Herder Polisi waktu turun ke lapangan saat Persebaya juara lawan Persija. Bodo, kurang kerjaan, fanatik sempit…..terserahlah. Yang jelas seperti itulah kecintaan terhadap bola dan tim kesayangan. Salam dukacita untuk semua korban Kanjuruhan. Semoga mendapat tempat terbaik disisiNya.
Komentator Spesialis
Dulu kami kalau nonton harus naik ke atas pohon. Itu waktu masih kecil. Nggak ada duit untuk beli tiket. Stadionpun tribun masih satu sisi saja. Sisi lainnya hanya pagar yang bebas dipandang dari luar (kalau naik pohon)
Kapten
Sepanjang tahun 2021-2022, nama kepolisian meningkat tajam karena beberapa rumor pembunuhan. Terakhir isu soal gas air mata, atau bom asap. Di Malang. Jika benar kepolisian mau melakukan hal seperti itu, siapa yang mampu memobilisasi. Apakah Jokowi, belum tentu. Apakah permasalahan dari Madiun, belum tentu. Tapi trafik kemanusiaan di Jawa timur memang rumit. Sampai satu Jawa mau di seret. Lord Luhut, Mentri segala jurusan harus menjelaskan ini. Karena lebih pengalaman. Saya tidak suka menebak. Apalagi menuduh. Atau mungkin Jendral Dudung yang menjelaskan, karena akhir-akhir ini menjadi trend di Google Analytics.
sinung nugroho
Saya merasakan tulisan kali ini seperti tulisannya Mas Ulik. Dan mengingatkan saya akan "legelisahan" Mas Ulik pada tulisan "Teknologi Sportivitas", 14 September 2022 dan "Sepak Bola Kamalaman", 3 Agustus 2022.
Lukman bin Saleh
Karena Abah menyebut tragedi ini hanya kalah jumlah korbannya dg tragedi di Peru th 64. Sy cari beritanya. Dan ternyata. Tragedi d Peru 58 tahun lalu itu memiliki kemiripan dg tragedi Kanjuruhan ini. Sama2 berawal dr aparat yg menghajar suporter yg masuk ke lapangan dg brutal. Kemudian penonton lain emosi. Aparat menembakkan gas air mata. Kacau balau. Mirip sekali. Tp harusnya yg d Kanjuruhan ini tdk perlu terjadi. Th. 64 itu begitu kuno d banding th. 2022. Masak iya kekonyolan sekuno itu masih d lakukan aparat semodern sekarang?
Liam Then
Ada adengan film scifi yang saya pernah tonton terkait "jika" atas pilihan manusia. Di dunia multiverse, yang dipercaya oleh satu cabang ilmu fisika. Jika cabang pemikiran ilmu fisika ini benar adanya. Akan ada bagian dunia, yang mana satu penonton itu yang memulai turun ke lapangan memilih untuk pulang bersama teman, mampir ke warung sate. Makan bersama kemudian pulang. Semuanya pulang, aman. Ada juga bagian multiverse, dimana penonton turun, dirangkul petugas, tidak dipukul dan di pentungi, tapi dibisiki. "Pulang,ditunggu bapak ibu dirumah, minggu depan bola ada lagi, kalah menang biasa.Liverpool saja bisa kalah sama Sotong ( Southhampton)" Akan ada banyak bagian multiverse, dimana semua terjadi oleh peluang yang di ciptakan oleh kehendak bebas manusia.
yea aina
Sumber: