Kanjuruhan Mangindaan

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Mungkin saja multiverse yang sempat berlangsung: penonton yg sudah bisa menerobos pagar stadion ke lapangan hijau hanya ini merangkul penjaga gawang tim Arema, sambil berbisik "aksi penyelamatan gawangmu hebat, saya Arema belum men…..". Belum menyelesaikan ucapannya, dia mengalami pukulan benda keras entah di punggung ataupun kepala bagian belakang. Siapa yang tahu?
Tunk BM
POLRES Malang sudah meminta pertandingan itu digeser ke sore hari. Pukul 15.30. Jangan malam hari, pukul 20.00. Benar, namun akhirnya perhelatan tetap digelar, artinya tetap mendapatkan izin dari Polres, bahkan mendapatkan pengamanan resmi dari Polres. Bukankah tanpa izin Polres, pertandingan bola tersebut tidak bisa dilaksanakan?
Mirza Mirwan
Lepas Isya tadi malam saya sudah menulis di komentar CHD edisi Cari Cinta, bahwa dalam tragedi Kanjuruhan ini yang salah adalah PT LIB, Panpel, dan polisi. Kalau polisi tidak tahu Pedoman Pengamanan Stadion yang dikeluarkan oleh FIFA, bisa dimaklumi. Tetapi PT LIB dan Panpel (Arema FC) pastinya tahu, dan wajib memberitahukan kepada polisi bahwa senjata api dan semua jenis gas airmata dilarang digunakan untuk mengatasi kerusuhan penonton dalam stadion. Polisi tidak tahu aturan itu, wajar. Tetapi yang tidak wajar ialah kenapa polisi harus mengarahkan gas airmata ke arah penonton yang duduk manis di tribune? Justru karena efek gas airmata itulah yang menimbulkan kekacauan. Dan akibatnya korban berjatuhan. Jumlah korban tewas, versi resmi 125. Versi lain antara 130-182. Sangat disayangkan.
Mirza Mirwan
10 Kerusuhan di stadion yang paling banyak makan korban jiwa (belum termasuk di stadion Kanjuruhan) 10) Valley Parade, Bradford, UK, 1985, saat laga Bradgord City vs Leicester City. Korban tewas 56 jiwa. 9) Ibrox, Glasgow, UK, 1971, laga Rangers vs Celtic. Tewas 66 jiwa. 8) Luzhniki Moskow, Rusia, 1982, laga Spartak Moskow vs HFC Haarlem. Tewas 66 jiwa. 7) Estadio Monumental, Argentina, 1968, laga River Plate vs Boca Juniors. Tewas 71 jiwa. 6) Port Said, Mesir, 2012, laga Al-Masry vs Al-Ahly. Tewas 79. 5) Estadio Doroteo Guamuch Flores, Guatemala, 1996, laga Guatemsla vs Costa Rica. Tewas 80 jiwa. 4) Dasharath Stadium, Kathmandu, Nepal, 1988, laga Janakpur Cigarette Ltd vs Liberation Army. Tewas 93 jiwa. 3) Hillsborough Sheffield, 1989, laga Liverpool vs Nothingham Forest. Tewas 96 jiwa. 2) Accra Sports Stadium, Ghana, 2001, laga Heart of Oak vs Kotoko. Tewas 126 jiwa. 1) Estadio Nacional, Lima, Peru, 1964, laga Peru vs Argentina. Tewas 328 jiwa.
Juve Zhang
ada saran jitu yg bisa PSSI terapkan yaitu setiap bertanding di kandang lawan, gawang tim tamu kekiri dilebarkan 15,7 cm, ke kanan dilebarkan 14,6 cm, ke atas naikan 13,8 cm, itu aturan "subsidi" buat supporter yg sangat kecewa jika tuan rumah kalah. Jika sudah " disubsidi" masih juga kalah , ya supporter harus besar hati, bahwa lawan memang main bagus. Subsidi pembengkakan ukuran gawang semoga dapat "memuaskan" ingin menang terus. Gak mau kalah.
arif surya
Kenapa semua ditimpakan ke petugas, petugas juga lebih lelah dari suporter, mereka dtg lebih dulu daei suporter, niat kerja pula bukan senang senang kyk suporter yg seharusnya. Kenapa pula yg katanya liga profesional tapi pengamanannya harus penegak hukum dgn segala sop penindakan massanya yg bisa berantakan saat lelah dan emosi berlebihan. Lihat liga inggris, atau eropa lainnya. Polisi cuma assesor, pengaman dari panpel. Aparat jelas salah. Tindakan pengamanan yg dilakukan malah menimbulkan korban, tapi yg paling bersalah itu panpel, lib dan pssi, bgakunya profesional, tapi tata kelola kompetisi kyk kaki lima
Kang Sabarikhlas
Alfateha untuk Almarhum+Almarhumah tragedi Kanjuruhan… Ternyata Abah juga nonton live pertandingannya, kalau saya nonton di warung giras bareng bonek aktif dan bonek dah pasif kayak saya. Awalnya saya siapkan mental untuk melihat Persebaya 'ancur' digilas Arema yang pasti main bagus kayak singo edan, lihat saja rekor Persebaya ndak pernah menang lawan Arema dikandangnya… Persebaya bisa memasukan 2 gol itu bikin heboh di warung giras, pemilik warung juga senang, semua jadi pesan kopi lagi, rokok lagi… Lalu kedudukan jadi imbang 2-2 dan Arema main bagus, menyerang terus, dua kali gagal gol, saya sudah ndak kuat, detak jantung sudah berdebar perdetik melebihi batas maksimal,..saya pulang, berharap hasil seri… tengah malam terbangun dari tidur, buka hp dan terkejut berita tragedi itu.. 'entah siapa yang salah'.. ndak usah ikut menghakimi, apalagi cuma melihat video yang beredar cuma sepotong-sepotong.. Biarlah jadi tugas pencari fakta penyebab kejadian tragedi itu… Innalillahi wa innaillaihi rojiun.
Tego Yuwono
membaca tulisan ini saya jadi kasihan sama petugas keamanan di lapangan ( polisi ), dengan data seadanya Abah langsung memojokan petugas keamanan di lapangan. Kerusuhan sudah terjadi, korban sudah banyak dan dari kejadian tersebut seharusnya kita semua belajar. Saya tidak punya kepentingan apa-apa terhadap polisi, tapi seringkali merasa kasihan saat mereka di tugaskan mengamankan keramaian. Mereka seringkali juga menjadi korban kekerasan.
Sumber: