Mayoritas Korban Tragedi Kanjuruhan Akibat Benturan

Mayoritas Korban Tragedi Kanjuruhan Akibat Benturan

AMEG - Mayoritas korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan, mengalami trauma berat akibat benturan.

Hal itu disampaikan Direktur RS Saiful Anwar Malang, Dr dr Kohar Hari Santoso, SpAn KIC KAP., kepada awak media, Selasa (4/10/2022).

Kohar menyampaikan hal ini agar tidak salah persepsi terkait kondisi korban ataupun berandai-andai terkait penyebab kematian seratus lebih suporter di Stadion Kanjuruhan.

Kohar menjelaskan 56 orang korban masih dirawat dengan tingkat kondisi tertentu (kondisi ringan, menengah dan kondisi luka berat). Terkait kondisi korban, kata Kohar, pasien ditempatkan di ruang tertentu.

"Kondisinya ada 7 pasien lukanya berat di ICU. Ada pasien di high care unit, perlu pemantauan ketat butuh tindakan cepat dan terpantau. Sisanya di ruang biasa, " terang Kohar.

Menurut Kohar, luka berat dialami korban di antaranya mengalami patah tulang karena benturan di dada, kesadaran menurun menjadi sesak dan sebagainya.

Soala kondisi luka biru yang dialami sejumlah korban, Kohar menjelaskan bahwa kondisi jenazah juga bergantung pada kondisi awal korban mengalami situasi dan posisi korban.

"Jenazah itu ada namanya lebam mayat. Jika dia tengkurap, ada di depan tampak menghitam. Kalau miring ya di posisi itu. Itu namanya lebam mayat, " jelas Kohar.

Kohar menegaskan, tidak ada jenazah yang diotopsi. Kondisi jasad korban lengkap. Tim medis hanya melakukan pemeriksaan luar dan pemerikaaan Death Victim Identification (DVI). Tim forensik juga memeriksa ante mortem jenazah.

Untuk tindakan pada jenazah tidak beridentitas, dijelaskan Kohar, tim forensik bekerjasama dengan Inafis Polri memeriksa sidik jari sehingga diketahui identitasnya. Awal kejadian, sebanyak 21 korban sempat tidak teridentifikasi.

Terkait korban meninggal karena keracunan gas air mata, Kohar meminta agar masyarakat tidak salah persepsi dan berandai-andai.

"Saya tidak bisa berandai-andai. Apakah penyebab kematiannya. Apakah karena dekat dengan itu (asap gas airmata) apakah terjatuh," tutur Kohar. "Jadi, karena trauma," tambahnya saat didesak apakah akibat gas air mata.

Kohar menjelaskan perlakuan secara umum gas air mata menyebabkan seseorang menjauh. Apakah sejauh mana korban menghirup, hal itu perlu dipelajari lebih jauh.

"Karena benturan keras, bisa meninggal. Sesak nafas, bisa meninggal. Jangan salah persepsi, " harap Kohar.

Sumber: