Jatim Punya RS Khusus Penyakit Ginjal
AMEG - Misi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyulap beberapa rumah sakit menjadi pusat unggulan layanan perlahan tercapai. Setelah RSUD dr Soedono dan RSUD dr Soetomo, kemarin giliran RSUD Saiful Anwar (RSSA), Malang. Targetnya akan menjadikan pusat pengobatan penyakit ginjal.
Mantan menteri sosial itu menegaskan, rumah sakit di Jatim dikembangkan untuk menjadi center of excellent. Artinya, tiap rumah sakit bakal memiliki keunggulan di setiap bidang.
Dia menyebutkan, RSUD dr Soedono beberapa waktu lalu telah diresmikan. Target layanannya adalah penanganan trauma. Oleh karena itu, berbagai upaya digenjot agar hal tersebut menjadi pusat keunggulan rumah sakit yang berada di Madiun itu.
Selain itu, RSUD dr Soetomo di Surabaya termasuk rumah sakit yang didesain memiliki keunggulan. Yakni, menjadi pusat stem cell.
Khofifah meresmikan unit baru layanan hemodialisis di RSSA. Sebanyak 45 unit alat tambahan disediakan. Juga, ruang rawat yang baru. Jika ditotal, rumah sakit di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Klojen, itu memiliki 102 bed khusus untuk layanan hemodialisis pasien.
Dia mengatakan, layanan kesehatan harus ditingkatkan. Meski di tengah pandemi sekalipun. Secara khusus, dia mendorong para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan untuk terus berinovasi yang bermanfaat bagi pasien.
”Penanganan Covid-19 harus seiring dengan layanan rumah sakit yang lain,” ujarnya.
Unit hemodialisis di RSSA ditambah karena terjadi peningkatan jumlah pasien yang signifikan beberapa tahun belakangan. Orang nomor satu Jatim itu berharap dengan hal tersebut dapat menunjang rumah sakit menjadi center of excellent pengobatan ginjal.
Alat hemodialisis di RSSA itu terus beroperasi hampir 24 jam. Petugas harus dibuat bergilir hingga empat kali untuk layanan terbaik di rumah sakit tersebut. Inovasi bertujuan mengoptimalkan pelayanan.
”Sekarang pemerintah pusat memberikan pemacu semangat dalam bentuk royalti bagi orang yang memiliki inovasi. Dananya sampai Rp 430 triliun. Bidang apa pun,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSSA Malang Kohar Hari Santoso menjelaskan, penambahan bed untuk layanan cuci darah masih berlanjut. Hingga kemarin, masih ada yang dikerjakan untuk penambahan ruangan dan bed.
”Memang tren pasien yang membutuhkan hemodialisis tinggi sekali. Sehari ada seratus lebih pasien. Petugas kita sampai dibagi empat sif,” jelasnya.
Kohar menyebutkan, pembenahan dan penambahan layanan cuci darah itu tidak mengganggu alur penanganan pasien Covid-19. ”Dulu tempat ini kamar operasi. Terbengkalai beberapa tahun, kemudian kita set up ulang agar bisa maksimal digunakan untuk layanan hemodialisis,” bebernya.
Dalam waktu dekat, RSSA akan menambah layanan baru. Yakni, kidney center atau pusat layanan penyakit ginjal yang lebih besar.
Sumber: