Gunung Poso

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Malam itulah penyergapan terakhir terhadap kelompok kombatan Poso. Tewas semua. Ternyata ada enam mayat. Berarti masih ada tiga lagi yang tersisa. Tinggal tiga. Lokasinya pun sudah diketahui. Sudah dikurung. Sudah diisolasi.
Farid dapat berita: masa tugasnya sebagai Danrem habis. Sudah dua tahun. Ia harus menerima tugas baru di Mabes TNI di Jakarta. Umumnya, bisa keluar dari Sulteng sangat disyukuri. Apalagi pindahnya ke Jakarta.
Tapi Farid justru minta perpanjangan jabatan. Tiga bulan saja. Ia merasa tugasnya belum tuntas. Korem Sulteng disebut Korem Tadulako. Tugas harus tuntas secara gemilang.
Di samping soal operasi di Poso, masih ada operasi teritorial lain yang belum selesai. Farid lagi membangun mini hydro di Desa Rejeki, Palolo, sekitar 2 jam naik ke gunung arah Tenggara Palu. Desa di situ belum tersentuh listrik. Tiga bulan berselang mini hydro itu sudah bisa menghasilkan listrik. Murah. Bisa untuk penduduk satu desa.
Kini Farid menjabat Pangdam V/Brawijaya. Bintang dua. Ia memang memegang teguh doktrin ''jangan besar dari jabatan, besarkanlah jabatan'', tapi jabatan Pangdam Brawijaya adalah jabatan yang sudah besar sekali.
Sebagai Madura Asli, Jatim adalah kampungnya. Kenal istrinya pun di Bangkalan. Sang istri adalah adik kelasnya di SMAN 1 Bangkalan. Almarhum ayah sang istri, asal Bogor, pimpinan Bank BRI di Bangkalan. Ibunyi, asal Palembang. Karena itu dia sekolah SMA di Bangkalan.
Jenderal Farid sendiri masih punya ayah dan ibu: di Tanah Merah, sebelah timur jembatan Madura. Ayahnya sudah tua. Sudah sulit mengingat masa lalu. "Kalau pulang, saya harus berpakaian dinas militer. Agar ayah langsung ingat siapa saya," ujar Farid.
Sebagai jenderal yang memperoleh gelar master di Inggris, Farid selalu mengutamakan proses yang baik. Ia sudah bertugas ke 33 negara. Sudah mendalami sistematika dan metodologi Barat. Juga sistem pertahanan dan keamanannya.
Farid memegang prinsip: hasil yang baik hanya bisa didapat dari proses yang baik. "Proses tidak pernah mengkhianati hasil," ujarnya. Selalu begitu. Hanya di satu tempat doktrin itu tidak berlaku: di permainan golf. Farid sudah menjelaskan soal anomali golf itu, tapi otak saya tidak sampai. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 15 Januari 2023: Sobekan Lead
Wawan Wibowo
Aa otong foto sobekannya g usah di zoom ya, g bakal berubah jadi foto cewek, wkwkwk
Otong Sutisna
Alhamdulillah ditemukan, takut nya salah sasaran dan mudah mudahan Abah tidak ngeles, beliau bilang saya tidak suruh nyari tapi temukan…. seperti alibi seorang jenderal, saya hanya suruh ….bukan ….
Bambang Nursusanto
Sumber: