Pojokan Sri

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
YANG paling saya khawatirkan saat ini adalah: Sri Mulyani mengundurkan diri.
Bukan main sulit posisi menteri keuangan itu. Keterangannya di komisi XI DPR Selasa lalu terlihat seperti seorang pembohong. Terutama setelah besoknya, angka-angka yang berbeda dikemukakan Menko Polhukam Mahfud MD.
Angka-angka itu dibeberkan lengkap di depan Komisi III DPR.
Tentu Sri Mulyani bukan tipe pembohong. Tapi terlihat jelas bahwa angka-angka yang dia ungkapkan seperti sebuah usaha menutupi sebuah kejahatan.
Maka betapa sulit posisi Sri Mulyani setelah rapat dengar pendapat menko dengan komisi III itu.
Kalau dia seorang yang memang dikenal suka berbohong mungkin cuek saja. Persoalannya Sri Mulyani adalah orang yang selama ini tepercaya.
Saya setuju dengan Mahfud MD bahwa Sri Mulyani bukan pembohong. Sri Mulyani hanya menerima angka-angka itu dari anak buahnyi. Sri Mulyani harus percaya pada angka yang disampaikan padanyi itu.
Di satu pihak menkeu harus menyemangati anak buah: agar program kerja bidang keuangan mencapai target. Sesekali juga harus membela anak buah.
Di lain pihak kini dia tidak bisa lagi menghindar: begitu banyak anak buahnya yang menyebabkan dirinyi terpojok. Di muka publik pula. Di masalah yang begitu sensitif: korupsi dan pencucian uang.
Sebagai menteri yang dikenal bersih, Sri Mulyani menjadi terlihat seperti tidak berdaya di dalam kandang buaya anak buahnya.
Idealisme dan keinginannyi untuk bersih begitu besar. Tapi yang terbongkar sekarang ini begitu nyata: soal pencucian uang yang sampai menumpuk begitu lama dan begitu besar.
Yang saya khawatirkan dari Sri Mulyani adalah ini: jangan-jangan dia mulai berpikir, untuk apa lagi jadi menteri. Keinginan baiknyi yang tinggi mentok di kenyataan kerja anak buah. Harapannyi yang begitu tinggi kandas di keruwetan birokrasi. Untuk apa lagi jadi menteri. Gaji sebagai menteri begitu kecil. Peluangnyi untuk jadi sesuatu yang lebih tinggi juga sudah hampir tidak ada lagi.
Lalu untuk apa kelelahan pikiran, mental, dan fisik Sri Mulyani. Kalau ujung-ujungnya semua pengabdian itu tenggelam oleh kasus-kasus besar seperti ini.
Keinginannyi menegakkan sesuatu ternyata seperti menegakkan benang basah.
Hanya pejuang sejati yang tidak frustrasi dengan kenyataan seperti itu. Harapan saya Sri Mulyani adalah pejuang sejati: pilih menyelesaikan persoalan yang begitu besar, begitu penting dan begitu sensitif. Jangan pernah punya pikiran mundur lagi, pun dengan alasan diperlukan di lembaga keuangan dunia.
Maka saya ucapkan selamat berjuang sebagai pejuang.
Sumber: