Salam Karma

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Meili jogging di dalamnya.
Malam itu segerombolan remaja juga berlarian di Central Park. Sekitar 20 remaja. Semuanya kulit hitam –kecuali satu keturunan Spanyol. Mereka dari kampung tidak jauh dari Central Park.
Seorang pesepeda dipukul. Terjengkang. Makanannya diambil. Minumannya dirampas: bir. Mereka tertawa-tawa. Usia mereka 14 dan 15 tahun. Pesepeda inilah yang lari dan kemudian melapor ke polisi.
Ketika polisi tiba. Gerombolan remaja itu sudah tidak ada di Central Park. Polisi terus menyisir taman yang begitu luas: 3,5 km2. Di dalam Central Park polisi justru menemukan Meili yang tergeletak. Terkulai. Pingsan. Sampai tiga hari kemudian belum tahu kalau yang pingsan itu bernama Meili.
Peristiwa ini sangat menarik perhatian: Central Park, gadis 28 tahun diperkosa, segerombolan remaja kulit hitam, pingsan belum siuman pun setelah 10 hari, luka-luka di sekujur badan, kepala retak.
Media mem-blow up habis-habisan. Karena melibatkan anak di bawah umur dan pemerkosaan, media membuat istilah sendiri untuk peristiwa itu: Kegilaan Central Park Lima.
Polisi lantas melakukan serangkaian penangkapan. Sekitar 20 remaja diciduk. Akhirnya ditetapkan: lima anak sebagai pelaku Kegilaan Central Park Lima.
Satu di antara lima itu mengaku berumur 16 tahun. Namanya Yusef Salam. Dengan pengakuan itu Salam dianggap sudah dewasa. Iapun ditahan di rumah tahanan umum. Sedang lainnya ditahan di tempat pendidikan anak.
Salam ternyata berumur 15 tahun juga. Mungkin awalnya ia kurang peduli dengan umur. Tapi itu sangat merugikan dirinya. ''Salam pernah berbohong''. Ini menjadi salah satu kelemahannya dalam proses sidang berikutnya.
Peristiwa ini tidak hanya dramatis, tapi juga sensitif. Teknologi juga belum begitu maju. Terutama teknologi DNA. Masalah ras, masalah agama, masalah keamanan dan kesenjangan campur jadi satu.
Seorang pendeta gereja ortodok Abisinia membuat pernyataan: setiap kali ada gadis kulit putih yang diperkosa pikiran orang langsung pada pelakunya pasti anak muda kulit hitam. Itulah Amerika.
Pengadilan membuat langkah yang ke arah objektif. Dewan juri untuk perkara ini pun disusun berdasar keseimbangan ras: 4 kulit putih, 4 kulit hitam, 2 keturunan Spanyol, dan 1 orang keturunan Asia.
Penentuan hakimnya juga tidak biasa. Di New York penentuan hakim dibuat sangat adil. Tidak ada istilah ''perkara A diadili oleh hakim A''. Di sana ''hakim siapa yang menangani perkara apa'' ditentukan lewat undian.
Bisa jadi hasil undian itu tidak memuaskan publik: misalnya jatuh ke hakim kulit hitam. Atau hakim kulit putih. Maka khusus untuk perkara Central Park Lima ini hakim langsung ditunjuk yang reputasinya sudah diakui oleh publik.
Jaksa membacakan dakwaan. Saksi dihadirkan. Bukti disajikan. Termasuk hasil tes DNA.
Sumber: