Bekas Wisma Pelacuran Jadi Gedung Pusaka

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Gedung itu didirikan di atas eks tempat pelacuran. Pemiliknya meninggal pada 2007. Ahli warisnya tak mau meneruskan usaha haram itu.
Kiai Nu’man tertarik dengan rumah itu. Namun ada hambatan. Pihak keluarga masih alot melepas asetnya. Bagaimanapun juga kawasan Jarak-Dolly masih jadi primadona tempat usaha. Perputaran ekonomi sangat tinggi di sana. Pagi ada pasar, malam hari jadi tempat prostitusi.
Ia bersabar, hingga akhirnya ada jalan. Nu’man harus ke Kediri untuk mendapat tanda tangan istri almarhum pemilik tanah. “Saya ingin urusan keluarga selesai dulu. Nanti saya lunasi,” kata Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Akhirnya deal. Gedung beserta tanahnya dibeli Rp 275 juta. Namun, kondisi gedung kurang layak ditempati. Maka, Nu’man terpaksa merobohkannya.
Ia gelontorkan lagi Rp 300 juta untuk membangun gedung baru. Fondasinya didesain untuk bangunan dua lantai. Namun sampai sekarang masih dibangun satu lantai. Tanahnya diurug agar lebih tinggi dari jalan kampung. “Ya rumah itu, yang tadi Njenengan (Anda) ke sana,” kata Nu’man sembari menunjuk ke utara.
Bangunan siap ditempati pada awal 2008. Namun, sampai sekarang ia tak pernah sekalipun menempati rumah itu. Ia rela rumah yang dibeli dan dibangun dengan uang pribadinya dipergunakan di jalan dakwah.
Inilah “Darul Arqom”-nya pesantren JeHa. Saat Nabi Muhammad tidak bisa berdakwah terang-terangan, Al-Arqam bin Abi Al-Arqam Al-Makhzhumi merelakan rumahnya jadi markas dakwah.
Makkah belum dikuasai. Dakwah terang-terangan sangat membahayakan.
Yang terjadi di Jarak-Dolly juga seperti itu. Pengurus JeHa tidak mungkin secara frontal mendakwahi para preman, mucikari, dan pekerja seks komersial (PSK). Bisa bentrok.
Mereka mengalah dengan menggelar kegiatan yang tidak mencolok. Pelan-pelan anak-anak di lingkungan Jarak-Dolly ditawari jadi santri. Pengurus mendatangi satu per satu rumah warga.
Bulan pertama dapat 30 orang. Strategi ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad saat awal dakwah. Anak-anak muda lebih gampang menerima dakwah ketimbang petinggi-petinggi Quraisy yang kolot.
Maka yang termasuk assabiqunal awwalun (orang-orang pertama yang masuk Islam) adalah anak-anak dan remaja . Ali bin Abu Thalib dan Zubair bin Awwam masih berusia 8 tahun kala itu. Ada juga Thalhah bin Ubaidillah (11 tahun), Arqam bin Abi Al-Arqam (12 tahun), serta Abdullah bin Mas'ud (14 tahun).
“Santri pertama JeHa itu semuanya masih SD,” ujar Rofik. (*)
Sumber: