"Kembung bisa membunuh sapi lebih cepat dari virus PMK," ujar Indro. "Satu hari kembung sapi bisa mati," tambahnya. Kalau sudah kembung seperti itu tidak ada jalan lain. Perut sapi harus ditusuk secara benar. Agar anginnya keluar.
Indro menegaskan lagi: virus PMK tidak membunuh sapi dewasa. Yang mati karena virus umumnya sapi yang berumur kurang 1 bulan. Itu karena belum mampu menumbuhkan sistem kekebalan. Sapi dewasa yang terkena PMK umumnya mati karena tidak bisa makan, kembung dan dipotong lehernya –tidak perlu didor lima kali.
Ada juga keluhan unik: setelah seminggu diberi makan bubur dan sembuh, sapinya tidak mau lagi makan rumput. Indro menyarankan: pada hari kelima buburnya harus mulai dicampuri rumput. Yakni rumput yang sudah dicacah lembut. Hari keenam campuran rumputnya ditambah.
"Manusia pun begitu," katanya. "Dulunya makan tempe. Lalu mampu makan daging rendang tiap hari. Setelah itu tidak mau lagi makan tempe," guraunya.
Selesai acara dialog, peserta diajak ke halaman pendapa. Di situ seekor sapi besar disiapkan. Indro menyimulasikan cara memberikan salep di kaki dan mulut sapi. Juga dipraktikkan cara mencuci kuku sapi. Yakni dengan cairan yang pH-nya rendah: pH 5. Tidak hanya virus, bakteri pun mati. Itu harus dilakukan sehari tiga kali.
Virus PMK itu tidak menyerang paru-paru sapi. Yang diserang adalah jantung. Tapi jantung tidak perlu dibersihkan. Maka hanya tiga bagian yang perlu dibersihkan dan disalep: kaki, mulut, dan puting susunya.
Peserta pun minta agar Indro memeragakan pencucian puting susu sapi itu. Ia menuju lokasi yang biasanya ada susu di situ. Indro pun tertawa ngakak. "Sapi ini jantan. Mana ada putingnya," katanya. (*)
Komentar Pilihan Disway*
Edisi 25 Juli 2022: 10.58
thamrindahlan
Drama sudah sampai 16 babak. Akan kah mencapai angka 40. Kesempurnaan segala sesuatu di muka bumi ini pada titik ajaib 40.. Ya sabar adalah sikap terbaik. Sabar menunggu penuntasan perkara mudah dibuat sulit. Taruhan wibawa intitusi Polri membersihkan diri dari tabiat hedoisme oknum anggota . Yes 40 hari pembuktian otopsi dan kesaksian para tersangka serta barang bukti di pengadilan dunia. Era Jahilliah "kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah" seharusnya sudah lewat dengan adanya transparansi dan akuntansi. Kini masuk era " kalau bisa dipermudah kenapa dipersulir" sesuai kaidah Scientific Crime identification.yang selalu di dengung dengungkan penyidik. Salamsalaman
Udin Salemo
Bagi saya tulisan berseri tentang kematian Brigadir J ini lebih berguna daripada tulisan berseri penipuan 2 T. Tulisan Abah Dis memberikan perspektif yang berbeda. Pengalaman seorang jurnalis senior memang bukan kaleng-kaleng. Yang kaleng-kaleng itu yang selalu memberikan penilaian negatif atas tulisan Abah Dis. Padahal sipengeritik gak punya kemampuan untuk membuat tulisan tandingan. Sehat selalu untuk anda semuanya.
Muin TV
Masalah di kasus ini cuma 1. Yang terbunuh polisi. Yang membunuh polisi. Lokasi pembunuhan di rumah polisi, Yang menangkap polisi, yang memeriksa polisi. Susah jadinya. Berbeda misalnya : yang dibunuh rakyat biasa. Yang membunuh rakyat biasa. Lokasinya, di rumah rakyat biasa. Maka, dalam jangka waktu tidak lebih dari 24 jam, polisi sudah bisa menangkap pelaku dan mengungkapkan motif dibalik pembunuhan itu. Itulah wajah hukum yang berlaku di Indonesia saat ini. Bukan berdasarkan "KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDNESIA." Tapi, berdasarkan "KEPENTINGAN SIAPA YANG HARUS DILAYANI." Jadi kesimpullannya, Semua orang sama di mata hukum. Tapi, tidak sama di mata penegak hukum.
Muin TV