Di sebuah vidio, salah satu crazy rich Surabaya. Tung Desem Waringin mengatakan : "banyak orang kebanyakan GAYA. Padahal, GAYA itu berbanding lurus dengan TEKANAN. Itu hukum FISIKA, hukum alam ciptaan Tuhan. Kalau hidup anda kebanyakan TEKANAN, berarti hidup anda kebanyakan GAYA. Kalau masa tua anda kebanyakan TEKANAN, berarti masa muda anda kebanyakan GAYA."Bisakah GAYA tanpa TEKANAN? Bisa. Caranya: pasif income anda segede Gajah, GAYA anda segede Kerbau. Maka anda cerdas secara keuangan." Jadi pertanyaannya: GAYA apa yang sudah dilakukan Brigadir J, sehingga menimbulkan begitu besar TEKANANnya? Itu aja sih menurut saya. Kalau itu bisa diungkap dengan jujur dan terbuka, 1 minggu selesai kasus ini. Toh, udah ada yang dinonaktifkan, apalagi?
Lukman bin Saleh
Tp bisa jd "sandar d pundak" itu jadi pemicu ancaman sejak bulan Juni. Atau yg bersandar lain lagi. Bukan Ny. Sambo tp "Ny. Muda." Yg mengakibatkan terbakarnya api cemburu. Tp entahlah. Kita tunggu hasil penyidikan. Tp sulit membayangkan kasus ini tdk berkaitan dg asmara. Krn hanya cinta yg bisa sangat mudah membuat org berbuat gila…
Mirza Mirwan
Tentang peringatan Mabes Polri agar Kuasa Hukum Brigadir J fokus pada pokok perkara dan tidak membuat statemen yang melebar ke mana-mana, menurut saya, rasanya kok berlebihan. Sepertinya polisi di mabes hanya terpaku pada pasal 16 UU Advokat yang berbunyi: "Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik untuk KEPENTINGAN PEMBELAAN KLIEN DALAM SIDANG PENGADILAN" (hurup kapital dari saya). Artinya, menurut polisi yang memberi peringatan itu, silahkan ngomong apa saja nanti dalam sidang di pengadilan. Mungkin sang polisi lupa, atau belum tahu, bahwa bahwa lewat "judicial review" pasal 16 UU Advokat itu, MK telah memperluas hak imunitas advokat, bukan hanya dalam sidang pengadilan tetapi juga di luar sidang, melalui Keputusan MK Nomor 26/PUU-XI/2013. Dan lagi, apapun yang dikatakan Kuasa Hukum Keluarga Brigjen J, semuanya berdasarkan bukti awal yang dipegangnya. Soal nanti terbukti atau tidaknya, biar pengadilan yang memutuskan. Tentang otopsi ulang Rabu lusa, di RS Sungai Bahar, saya yakin lebih obyektif. Ada 7 orang dokter forensik dari luar Polri yang akan ikut terlibat.
yoming AFuadi
Baru saja terperhatikan, diantara sekian banyak iklan yang menjejali artikel/ tulisan di DIsWay ini, ternyata ada perbedaan antara artikel/ berita umum dengan artikelnya Abah. Kalau artikel umum setiap alinea, maksimal 4 baris, diselipi iklan dan satu judul berita dipecah2 jadi beberapa halaman. Sedang artikelnya Abah agak lega selipan iklannya, minimal setiap 3 alinea baru ada selingan iklannya, dan dikemas jadi satu halaman saja, jadi tidak terlalu merepotkan harus meng-klik iklannya untuk membaca tulisan berikutnya.
Gianto Kwee
Di dunia pendidikan Nilai 55 bisa di "Katrol" Jadi 60 agar bisa Naik kelas or Lulus, agar tidak jadi "Juara Bertahan" Di kehidupan nyata harus dapat Minimal 99.9 agar bisa lulus ! Bung Pry nilai akhir 45 sangat jauuuuh dari bagus dan keputusannya "Drop-out" !
Pryadi Satriana
Nilai 'tulisan': 50. Alasan: Fokus tulisan tidak jelas. Banyaknya detil yg tidak perlu semakin mengaburkan maksud tulisan. Malah mengesankan sekadar cari sensasi. Nilai 'isi': 40. Alasan: Tidak konsisten. Sebelumnya 'terpana' dengan "Single Image", sekarang 'menggugurkan' pandangan semula. Juga tidak objektif, hanya "melihat" dari sisi kuasa hukum korban. Banyak 'noise' dalam tulisan. Terlalu banyak spekulasi. Seharusnya 'covering both sides' supaya berimbang dan disertai analisis. Tidak 'garing'. Nilai akhir: 45 (E). TIDAK LULUS. Silakan berusaha memperbaiki dalam tulisan-tulisan berikutnya dengan memperhatikan catatan-catatan di atas. Terima kasih. Salam.
Juve Zhang
Mantan Ka Bareskrim pak Susno menohok sekali dalam wawancara dengan media, ini otopsi kualitas rendah,beliau malah minta dokter forensik di non aktifkan. Jadi otopsi ulang yg turun gunung para Pakar Forensik kelas Berat semua. Para dedengkot forensik akan turun tangan dari berbagai RS .sangat bagus, supaya lebih ber kualitas hasil otopsinya.
Jimmy Marta
Semalam habis arisan keluarga ditempat sepupu. Pas mau pulang ada ponakan yg ngasih duren. Kebenaran apa bukan dikasih tiga. Sedikit senyum sy bilang, "ini kayaknya sengaja dikasih tiga". Ponakan juga senyum, tp kyk nya gk mafhum…hehe. Maklum bukan jamaah diswayah… Ditarok dibagasi, perjalanan pulang 10 km-an semerbaknya minta ampun. Bbrp titik dipinggir jalan jga banyak onggokan duren. Bersyukur empat orang dimobil semua penggemar. Ini duren kampung, bukan musang king. Tetap gurih dan lezat. Bahkan digemari musang dan tupai. Dimakan saat diluar hujan..nikmat! Peringatan! Boleh makan banyak, jangan berlebihan. Apa ukurannya? Mudah, belilah sepuluh duren, makan bersama tiga puluh orang. Dijamin pasti bebas masalah. Yg aneh itu duren tiga aja kok bisa jd masalah..! Itu mungkin karena yg makan satu orang. Tercium banyak orang.
Surja Wahjudianto