Cengkok Oye!

Cengkok Oye!

Di pendapanya yang luas. Dengan lakon Srikandi Senopati. Itulah pentas tanpa menonton. Pentas live streaming. Untuk penggemar Pak Mantep yang ratusan ribu di seantero Indonesia.

"Saya tidak ikut di pentas live streaming itu. Saya sendiri live streaming dari rumah saya di Sragen", ujar Medhot Sudarsosno, anak sulung Pak Mantep.

Saya telepon Medhot kemarin sore. Saya mengucapkan duka cita. Juga wawancara untuk tulisan ini.

Medhot adalah anak tunggal dari istri yang pertama. "Bapak saya kan kawin delapan kali. Saya punya lima adik dari istri-istri berikutnya," ujar Medhot.

Meski Medhot tinggal di Sragen, tapi Sragen yang paling Selatan. Beda kabupaten tapi secara geografis tidak jauh dari Karangpandan. Hanya 20 Km.

Setelah live streaming itu kondisi Pak Mantep terus menurun. Melihat kondisi Covid yang gawat Pak Mantep pilih dirawat di rumah. "Pak Untung Wiyono yang minta bapak dan ibu di-swab. Lalu dikirim petugas. Ternyata positif Covid," ujar Medhot.

Untung adalah bupati Sragen yang sangat terkenal prestasi pembangunannya.

Medhot bersahabat dengannya.

Hari Kamis sejumlah tabung oksigen didatangkan ke rumah. Habis tiga tabung. Tapi kondisi kesehatan Pak Mantep terus memburuk. Akhirnya dicarikan RS sampai dapat. Telat.

Keluarga besar pak manteb

Di usia Pak Mantep yang 74 tahun sabetannya (adegan perang yang dimainkannya) masih mengesankan. Di sabetan itulah keunggulan Pak Mantep. Wayang dibuatnya bisa jungkir balik dengan sempurna dan lincahnya.

Awalnya dulu Pak Mantep dianggap punya kelemahan mendasar: jenis suaranya.

Tidak koong. Padahal di zaman itu ada dalang Ki Narto Sabdo (alm) dan Anom Suroto. Yang suaranya begitu bulat dan merdu.

Dalang adalah juga penyanyi. Pembawa suluk. Pengucap dialog. Suara ki dalang mutlak harus koong.

Ki Mantep secara terbuka mengakui kelemahannya itu. Termasuk ketika sedang mengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Ia mengajar sebagai dosen luar biasa –karena Pak Mantep bukan sarjana. Juga tidak pernah sekolah formal pedalangan.

"Gunakan sisi kekuatan Anda untuk menutupi kelemahan Anda." Itulah isi kuliah PAK  Mantep. Seperti yang diingat Ki Cahyo Kuntadi, dalang terkemuka masa kini. Ki Kuntadi pernah menjadi asisten dosen untuk Pak Mantep. Di ISI. Selama dua tahun. Ki Kuntadi lulusan S-1 ISI yang kemudian lanjut ke S-2.

Sumber: