Arief Kabel

Arief Kabel

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Perbedaan yang mencolok dengan Indovision adalah: uang langganannya murah sekali, Rp 15.000/bulan. Bandingkan dengan kalau berlangganan Indovision. Yang bisa mencapai Rp 250.000/bulan.

Orang Bondowoso sangat berterima kasih kepada Arief. Dengan Rp 15.000/bulan sudah serasa berlangganan Telkomvision.

Yang seperti itu juga pernah terjadi di banyak kota di luar Jawa. Seperti di Balikpapan. Tapi di Kaltim yang seperti itu dianggap melanggar UU. Lalu dilarang.

Saya belum berhasil menelusuri apakah yang di Bondowoso itu legal. Pun belum tahu seperti apa pula bentuk perizinannya. "Pelanggannya ribuan rumah. Termasuk rumah saya," ujar Eko, yang juga alumni Unej.

Sebagai TV Lokal, BSTV juga punya channel berita lokal. Isinya: kegiatan Pemda, rumah sakit, DPRD, dan sejenisnya. BSTV juga mendapat iklan dari Pemda. Rutin. Ada kontraknya. Sekitar Rp 200 juta/tahun.

Menurut Eko, siswa-siswa SMK jurusan audio visual menjadi wartawannya.

Sebenarnya Arief sudah punya pendapatan cukup dari ribuan pelanggan lewat TV kabelnya. Tapi ia melihat peluang lain: jadi YouTuber. Insting beritanya cukup kuat. Ia tahu berita seperti apa yang disukai di YouTube. Ia memang pernah menjadi aktivis mahasiswa. Yakni saat kuliah di fakultas teknik di Universitas Negeri Jember.

Sebenarnya, berita kawin-cerainya artis termasuk yang paling disukai. Tapi di Bondowoso tidak ada artis. Rupanya ia tahu berita tentang Habib Rizieq banyak pemirsanya. Apalagi yang nadanya membela sang Habib.

Yang juga laris adalah: kalau beritanya anti-China. Maka poros pro-Habib-anti-China jadi pilihan video yang ia buat.

Video-video itu ia unggah ke YouTube. Laris. Kian banyak lagi yang dibuat. Kian pro-Habib pula. Sekalian kian anti-China.

Ada unggahannya yang ditonton sampai lebih 500.000 orang. Ada yang di atas 300.000. Paling apes di atas 100.000.

Video itu ia unggah atas nama Aktual TV. Saya tidak pernah tahu nama Aktual TV. Setelah penangkapan itu barulah saya buka YouTube. Saya cari Aktual TV. Ampuuuuun, begitu banyak yang sudah diunggah. Lebih 500 video. Produktif sekali.

Wajar kalau dari YouTube Aktual TV bisa dapat banyak uang. Menurut polisi sudah mencapai hampir Rp 2 miliar. Selama kurang dari dua tahun ini.

Dari sudut pandang jurnalistik, video itu sama sekali tidak memenuhi syarat. Video itu sama sekali bukan produk jurnalistik. Itu lebih tepat disebut sebagai produk industri video rumahan.

Saya sebut rumahan karena, untuk membuat video seperti itu, kamera pun tidak perlu punya. Video itu murni bisa dibuat dari mengambil cuplikan-cuplikan video lain.

Sumber: