Perang Hati-Hati
Mr. De
"Tau kan Dul, jalan tol nanti itu lewat tanahku kan? aku mau beli motor baru. Motor lama tak kasihkan kamu Dul." ujar Sono sambil nyeruput kopinya. "Ah, moso Son?" tanya Ngapdul dengan wajah berharap sangat. "Ingat pesan mbah-mbah e dewe Dul. Ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh!" jawab Sono tanpa menghiraukan wajah Ngapdul yang tersenyum kecut.
Mirza Mirwan
Siang di warung Yu Jenap. "Lagi baca berita apa fesbukan, Mas, kelihatannya kok serius amat?" tanya Marsudi kepada sejawat Ngapdul yang piring kotornya belum diambil Tiah, pembantu Yu Jenap. Tukang ojek yang usianya paling tinggi baru 25 tahun itu menoleh ke samping, arah datangnya pertanyaan. Demi tahu yang bertanya adalah Pak Sekcam, tukang ojek itu tersenyum. "Hehehe…nganu, lagi baca tentang mobil listrik yang katanya sekali cas bisa menempuh 1000km, Pak." "Oh, yang di Disway hari ini?" tanya Marsudi, yang ternyata bukan anak atau keponakan Mbah Mars. "Hehehe … benar, Pak. Sepertinya Pak Sekcam juga pecandu Disway nih!" "Bisa dibilang gitu, Mas. Tapi saya makan dulu ya, terusin bacanya!" ujar Marsudi seraya menerima piring nasi rames yang disorongkan Tiah. "Silakan, Pak," kata sejawat Ngapdul yang namanya berbau India, Arjun -- mungkin bapaknya dulu penggemar film India "Mobil listrik," kata Marsudi sambil mengambil tisu seusai makan, lalu mengusap-usapkannya di sekitar mulut. "Sampeyan tahu apa itu listrik?" tanyanya kemudian. Arjun tertawa sebelum menjawab: "Ya tahulah, Pak! Wah, Pak Sekcam ini ngenyek, mentang-mentang saya hanya tukang ojek." "Jadi…. listrik itu apa?" Marsudi mengulang pertanyaannya. "Itu, itu dan itu 'kan listrik, Pak," Arjun menunjuk ke arah colokan dan dua lampu di plafon yang tidak nyala. "Itu 'kan cuma gejala adanya listrik, Mas. Listriknya sendiri yang mana?" Arjun menggaruk-garuk kepalanya. "Lha terus yang mana, Pak?" tanyanya. "Listrik itu seperti pemerintah, Mas. Gejalanya bisa dilihat, tapi wujudnya tidak bisa dituding dengan jari." "Kamsud, eh, maksudnya gimana, Pak Sekcam? Saya kok nggak ngeh, nggah ngerti!" "Gini lho, Mas. Gejala adanya pemerintah itu ada kantor kelurahan, kecamatan, balaikota, dinas ini, dinas itu, kementerian ini dan itu, bahkan sampai kantornya presiden. Tetapi kalau, misalnya, sampeyan menunjuk saya sebagai pemerintah, itu salah. Wong saya punya KTP, artinya saya ini penduduk, rakyat. Sampeyan menunjuk Pak Jokowi sebagai pemerintah, juga tidak tepat, wong Pak Jokowi penduduk. Yang disebut pemerintah sendiri tidak terlihat. Yang terlihat hanya gejalanya saja. Pak Jokowi saat ini menjabat presiden, memang. Tetapi sebagai pribadi beliau adalah rakyat." Arjun mengangguk-angguk, meski sebenarnya tidak kunjung paham. Dan ia buru-buru membayar makannya, karena ada tarikan penumpang. "Saya duluan, Pak Sekcam, ada rejeki buat beli susu anak."
Leong Putu
Yang pintar atau Yang hebat, biasanya memang tidak suka gembar-gembor, tidak banyak bicara, tapi langsung menunjukkan prestasi dan karyanya. Seperti yang saya lihat waktu masih sekolah dulu. Siswa - Siswi yang pintar - pintar biasanya pendiam. Tidak banyak bicara. Ada kisah. Saat SMA dulu, waktu kelas III, ada teman kami yang pintar. Satu cowok, satunya lagi cewek. Karena mereka sama - sama pintar dan sama - sama pendiam, akhirnya kami jodoh-jodohkan. Khas anak remaja, saat itu mereka kelihatan malu-malu kucing. Tapi kami melihat mereka mulai dekat. Tapi mereka gak ngaku kalau udah jadian. Tapi akhirnya terbongkar juga. Saat EBTANAS si cewek gak bisa ikut. Ternyata Dia hamil. Diam, tanpa banyak bicara, tapi menghasilkan karya memang ciri khas orang pintar dan hebat. .. .. #belumwarasjuga
Tarjo
Saat itu mungkin kita sudah bisa menemukan minyak goreng yang bisa dipakai 1000 kali menggoreng tanpa bisa habis. Atau bisa bikin tempe 1 balok besar hanya dari 1 butir kedelai. Atau JHT yang bisa di tarik tunai kapan pun sampai 7 turunan.
Er Gham
Paragraf 13 sudah menyinggung tahun 2024 adalah tahun 1000 km bagi batere mobil listrik. Namun sepertinya ditunda 3 tahun Pak, jadi 2027. Opini sedang dimanipulasi.
Juve Zhang
Maaf ini komen buat yg kemarin, Om Selenski ngtweet tanggal 12 Maret 2021 mendukung pendudukan Israel di daerah Palestina, setahun kemudian giliran tanahnya diinvasi om Putih, seperti nya karma. Om Selenski kebetulan Yahudi dan teman PM Israel. Om Putih minta Menyerah tanpa syarat. Itulah ultimatum yg sama tahun 1945 dan Jerman menyerah tanpa syarat. Sejarah terulang lagi. Yg di Ukraina Neo Nazi cucunya Hitler. Wkwkwkwkk
Liam
mata cangkul, paku, jarum jahit, yang paling saya heran, korek api gas, itu harga distributornya bisa 1000 rupiah saja, malah bisa lebih murah dari itu. Coba lihat komponennya, ada gas cairnya, ada rolling gear geretannya, ada pipa outflow gas dengan sealant karet, ada batu api nya, trus tabung plasti polyurethane nya yang berwarna warni. Di minimarket ada korek gas yang di jual Rp.4000, merk lain, kualitasnya juga lumayan. Jangan-jangan impor juga.
Jeka Reader
Sumber: